REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengingatkan bahwa duta besar merupakan perpanjangan tangan presiden di luar negeri sehingga harus memahami dan mengetahui benar karakter presiden dan program-program pemerintahan.
"Jangan sampai kemudian para dubes tidak paham apa yang menjadi 'basic need' atau keinginan dari Presiden," kata Pramono sebagaimana informasi yang diperoleh dari Sekretariat Kabinet di Jakarta, Jumat, saat menerima sembilan duta besar yang akan bertugas sesuai negara penempatannya.
Selain itu Safira Machrusah (dubes RI untuk Republik Demokratik Rakyat Aljazair berkedudukan di Aljir), Diennaryati Tjokrosuprihatono (Dubes RI untuk Republik Ekuador berkedudukan di Quito), Octavino Alimudin (Dubes RI untuk Republik Islam Iran dan Turkmenistan berkedudukan di Teheran), dan Tito Dos Santos Baptista (Dubes RI untuk Republik Mozambique merangkap Republik Malawi berkedudukan di Maputo).
Seskab menegaskan setiap pemerintahan mempunyai gaya dan kebijakan yang berbeda-beda.
Selain merupakan kepanjangan tangan Presiden, katanya, dubes juga merupakan etalase dan representasi presiden di luar negeri.
Ia mencontohkan apa yang telah menjadi keputusan pemerintah dari sidang kabinet secara resmi akan disampaikan oleh Sekretariat Kabinet kepada Kementerian Luar Negeri untuk diteruskan kepada seluruh kedutaan.
"Para dubes diharapkan juga menyampaikan itu kepada masyarakat internasional karena itu bagian dari proses promosi," katanya.
Seskab juga menyambahkan bahwa pada 6-7 Maret 2016, Indonesia akan menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OKI (Organisasi Kerja Sama Islam).
Ia menjelaskan KTT OKI ada dua, yang satu reguler tiga tahun sekali dan yang satunya lagi KTT luar biasa.
Khusus untuk KTT OKI Luar Biasa ini akan dihadiri kurang lebih 56 kepala negara/kepala pemerintahan termasuk raja, sejumlah pengamat (obeserver) dari empat negara, empat negara mitra utama yaitu AS, Rusia, Cina, dan Uni Eropa.