Kamis 18 Feb 2016 19:30 WIB

Inggit Ganarsih, Air yang Meresap dalam Tanah

Rep: C26/ Red: Achmad Syalaby
Monolog Inggit Garnasih oleh seniman Bandung Lely Mei, di Auditorium Museum Sri Baduga, Bandung, Kamis (18/2).
Foto:

Cinta keduanya tumbuh begitu saja. Hingga akhirnya suami Inggit merasakan gelora sembunyi-sembunyi di dalam rumah dan istrinya sendiri. Inggit tak kuasa. Tak kuasa menahan perasaan cintanya pada Sukarno yang selalu disapanya dengan panggilan Kusno. Tak kuasa pula karena telah merusak biduk rumah tangga dengan suami yang dipanggilnya Kang Uci.

"Pagi itu kami duduk bertiga. Kang uci, kusno, dan aku. Dan kusno benar-benar menyatakan niatnya kepada Kang Uci," kata perempuan pemeran Inggit. Tak disangka Kang Uci akhirnya merelakan Inggit jatuh ke pelukan Sukarno. Kerelaan Kang Uci membuat Inggit tertunduk. Merasa bersalah karena telah melukai perasaan suaminya.

Tapi apa mau dikata. Perasaan cinta itu telah ada. Antara dirinya dengan Sukarno yang jauh lebih muda 13 tahun darinya."Hampura akang..hampura..Hanya jawaban hampura yang bisa aku berikan," kata Inggit dalam isak tangis penuh kesopanannya.

Keduanya akhirnya menikah. Setelah masa idah Inggit berakhir. Ia begitu lega. Kini keduanya telah sah membangun biduk rumah tangga seperti yang diharapkannya. Apalagi ia begitu merasa dimanja oleh Sukarno yang memperlakukannya dengan sangat baik. Sangat menghargai Inggit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement