Kamis 18 Feb 2016 19:30 WIB

Inggit Ganarsih, Air yang Meresap dalam Tanah

Rep: C26/ Red: Achmad Syalaby
Monolog Inggit Garnasih oleh seniman Bandung Lely Mei, di Auditorium Museum Sri Baduga, Bandung, Kamis (18/2).
Foto: Republika/ Edi Yusuf
Monolog Inggit Garnasih oleh seniman Bandung Lely Mei, di Auditorium Museum Sri Baduga, Bandung, Kamis (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  Sosok perempuan yang kuat dan setia itu dilakoni dalam sebuah pertunjukan teater monolog. Di sebuah ruangan auditorium Museum Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/2), seorang perempuan berpakaian Sunda berdialog. Menceritakan kisah perempuan Sunda yang sangat berjasa bagi sejarah Indonesia.

Wanita itu memerankan peran bernama Inggit Garnasih. Sosok yang menjadi kekuatan di balik perjuangan Presiden Pertama Republik Indonesia, Sukarno, mengarungi pergerakan menuju kemerdekaan. Inggit, seorang wanita Sunda yang cantik dan berkarakter penuh kelembutan. Pesonanya membuat Sukarno terpikat. Penuh ketegaran dan kesetiaan berada mencintai Sukarno. 

Cinta kasih keduanya tidak seperti asmara pada umumnya. Keduanya bertemu di sebuah rumah kecil di Jalan Inggit Garnasih Nomor 174, Ciateul, Kota Bandung, Jawa Barat. 

Sebuah cinta terlarang. Karena Sukarno muda mencintai Inggit yang beristri. Benih-benih cinta antara mereka ditakdirkan Tuhan dengan diawali tinggalnya Sukarno di rumah Inggit yang kala itu menjadi istri dari seorang saudagar kaya yang merupakan anggota pergerakan Syarikat Islam Indonesia, Sanusi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement