REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- "Inggit antarkan Kus sampai di sini. Inggit ikhlas," kata Inggit kepada Soekarno dan ditirukan oleh Cici Lelyana Mei dalam monolog sebagai Inggit Garnasih.
Monolog Inggit Garnasih ini diperankan Cici dalam rangka Mieling Inggit Garnasih ke 127 pada Selasa (17/2) di Rumah Bersejarah Inggit Garnasih Jalan Inggit Garnasih no 8 Ciateul, Bandung. Dalam monolog tersebut, dikisahkan sejarah Inggit dari lahir, menikah dengan Soekarno hingga kembali lagi ke Bandung.
Mengapa Inggit, Cici mengatakan, karena banyak generasi sekarang yang kurang mengenal bahkan lupa dengan Inggit Garnasih. "Di buku-buku sejarah sedikit sekali yang membahas mengenai Inggit. Hanya ada satu buku yang membahas mengenai Inggit," kata Cici.
Karena itu, ia bersama Komunitas Api Bandung tergerak untuk mencari literasi mengenai Inggit. Bahkan, hingga bertemu dengan keluarganya, dan saksi-saksi sejarah, seperti kawan Inggit yang masih ada sampai sekarang dan usianya sudah 109 tahun. Termausk ketika ingin melakukan monolog Inggit Garnasih, Cici mengatakan, ia mencari tahu Inggit sebenarnya seperti apa, bagaimana kebiasaannya kepada orang-orang yang bersentuhan langsung dengan Inggit.
Dilakukan monolog, kata Cici, karena tidak semua orang suka membaca buku dan tidak semua orang bersuka hati datang ke seminar. Sehingga, monolog ini menjadi satu alternatif untuk generasi kita dan selanjutnya agar mengenal sosok yang berjasa bagi bangsa ini. Sejarah perlu disosialisasikan dengan berbagai cara. Baik itu monolog, teatrikal, atau musik agar pesan-pesan keteladanan itu sampai kepada generasi berikutnya.
Dalam hal ini, Cici dan komunitasnya ingin bukan hanya mengenang tetapi mengingatkan kembali atas apa yang telah dilakukan Inggit. "Selama 20 tahun mendampingi Soekarno dalam suka duka dan segala sesuatunya. Mulai dari perjuangan pergerakan, Soekarno sekolah di THS (sekarang ITB) dan Berperan luar biasa saat Soekarno dipenjara di Banceuy, Sukamiskin, sampai diasingkan ke Ende dan Bengkulu," ujarnya.
Menurut Cici, tidak akan ada Soekarno seperti sekarang jika tidak ada peranan dari Inggit Garnasih. Pengorbanan Inggit untuk Soekarno sangat besar dan beliau tidak pernah merasa berkorban, tetapi ia merasa memang harus berjuang untuk Indonesia.
Guru Besar Sejarah Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Nina Herlina Lubis pun mengatakan demikian. Inggit berperan besar kepada Soekarno. Inggit kala itu tahu, bahwa suaminya akan menjadi pemimpin karena itu ia pun ikut berjuang dan mendukung Soekarno hingga mengantar sampai ke gerbang kemerdekaan.
Nina mengatakan, Inggit adalah istri dan mitra Soekarno. Iamendukung penuh perjuangan soekarno, menjadi tulang pungung ekonomi, memberikan kasih sayang, dan menyediakan segala kebutuhan soekarno. "Meskipun ia berpendidikan rendah namun berhati emas. Bung karno pun mengakui berhutang budi kepada Inggit," kata Nina.
Kemunculan sosok orang atau tokoh berprestasi, dikatakan Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia, Prof Susanto Zuhdi pasti ada seorang perempuan hebat disampingnya. "Inggit adalah perempuan sunda yang telah berperan bukan hanya sebagai istri tetapi juga 'pengasuh' yang dengan asih dan asah dalamm menentukan perjalanan historis seorang tokoh besar bangsa Indonesia," kata Susanto.
Inggit berkorban dan tidak memikirkan orang lain. Menurut Susanto, Inggit perempuan yang dengan pengorbanannya adalah sosok yang patut diteladani.
Pada 1997, Inggit Garnasih mendapat penghargaan atas jasa-jasanya yang luar biasa berupa Bintang Mahaputera Utama. Rumah terakhir yang ia tempati dijadikan museum di bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Sekarang, pengawasan telah dipindahkan ke Museum Sri Baduga.
Dalam rangka mengenang sosok Inggit Garnasih pun akan dilaksanakan pameran foto-foto Inggit pada 24 - 29 Februari di Gedung Indonesia Menggugat. Tidak hanya pameran foto, tetapi juga ada monolog dan bedah buku Inggit Garnasih.