Rabu 17 Feb 2016 23:13 WIB

PAN Tetap Dorong Sistem Pemilu Proporsional Terbuka

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Angga Indrawan
Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Pesta demokrasi atau Pemilu tahun 2019 masih terhitung lama, namun berbagai wacana seputar sistem pemilu terbuka atau tertutup masih menjadi wacana hangat. Beberapa partai politik menyatakan dengan tegas dan mengusulkan agar sistem pemilihan umum dapat diubah dari proporsional terbuka ke proporsional tertutup.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengaku sangat menghormati dan menghargai pihak-pihak yang mengusulkan agar sistemnya adalah proporsional tertutup. Mungkin, kata dia, karena melihat perkembangan di parlemen, ongkos politik makin mahal, persaingan tidak terkendali, sehingga banyak yang mengusulkan agar sistem menjadi tertutup.

“Saya sangat menghormati dan sangat menghargai itu, tapi bagi saya tetap menginginkan sistem proporsional terbuka atau suara terbanyak," kata Zulkfili, usai menghadiri upacara pelantikan Bupati-Wakil Bupati dan Walikota-Wakil Walikota Provinsi Lampung, di aula kantor DPRD Lampung, Rabu (17/2).

Sementara itu, politikus Golkar Mahyudin mengatakan, sistem proporsional tertutup dapat menghemat biaya kampanye dibanding dengan sistem proporsional terbuka. Selain itu, sistem proporsional terbuka kerap mempersempit kesempatan kader-kader partai berkualitas karena tidak memiliki sumber daya yang cukup.

"Saya enggak setuju proporsional terbuka. Dalam UU Pemilu harusnya proporsional tertutup," kata Mahyudin.

Dengan sistem proposional tertutup, Mahyudin menuturkan, partai harus mempersiapkan kader terbaiknya untuk masuk ke lembaga Legislatif. Sehingga, kualitas Legislator di Indonesia bisa kembali pulih dan lebih produktif.‎ 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement