REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengapresiasi dimasukkannya isu pengentasan paham radikalisme sebagai tema pembahasan dalam Musyawarah Nasional Ikatan Dai Indonesia tahun 2016.
"Kalau peran keulamaan kita diamalkan dengan baik, maka tidak akan ada hal ini (radikalisme). Ada situasi kosong yang tidak diurus, saat itu pula kesesatan masuk," katanya di Bekasi, Sabtu (13/2).
Menurut Aher, para dai dituntut untuk menjalankan perannya secara maksimal di tengah masyarakat agar ke depan paham radikalisme bisa dihilangkan.
"Hadir kesesatan ketika tidak ada peran ulama dan dai. Mari hadirkan lagi pemikiran kita sebagai seorang yang punya kelebihan dari masyarakat muslim lain, mari hadirkan perilaku terbaik," jelasnya.
Ia mengungkapkan, salah satu paham radikal yang sempat meresahkan masyarakat adalah Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Menurutnya, gerakan tersebut dipastikan telah menyalahi aturan syariah Islam karena pemimpinnya mengaku sebagai nabi.
"Gafatar dulunya seseorang mengaku nabi di Bogor. Dia tokoh sentral tidak ada yang sebanding dengannya di desa tersebut. Masyarakat tidak ada pembanding, di sana tidak ada ulama. Alhamdulillah kasusnya terbongkar," katanya.
Namun belakangan diketahui, ajaran itu kembali merebak di tengah masyarakat, khususnya kota besar di Jabar seperti Bekasi dan Depok. Pihaknya mencatat, ada 1.017 warga Jawa Barat yang pernah bergabung dalam gerakan tersebut.
"Mereka tengah dipulangkan ke kampungnya masing-masing, kelompok pertama 195 orang, 300 kelompok kedua 300-an orang dan ketiga 400-orang. Totalnya 1.017 orang dari Jabar sempat gabung Gafatar," katanya.