Senin 08 Feb 2016 16:47 WIB

Pemadaman Listrik di Lampung Seperti Minum Obat, 3 Kali Sehari!

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Maman Sudiaman
Pemadaman listrik
Foto: Antara
Pemadaman listrik

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Hujatan dan cacian masyarakat terus menyerang PT PLN Distribusi Lampung, dalam beberapa hari terakhir. Pemadaman listrik yang dilakukan sudah tidak memenuhi jadwal dan secara bergilir lagi, sehingga membuat warga pelanggan PLN menyebutnya mati lampu seperti minum obat; tiga kali sehari.

Mati lampu terjadi sehari bisa tiga kali dengan lama durasi mencapai empat jam. Bahkan, beberapa daerah di Lampung lima sampai enam jam sehari. Tidak seperti biasanya, PLN tidak lagi mengumumkan adanya pemadaman secara bergilir di media massa. PLN kerap langsung mematikan listrik, meski sudah pernah padam sebelumnya.

“Mati lampu sekarang seperti minum obat, bisa tiga kali sehari. Apalagi sampai empat jam-an,” kata Sigit, warga Perum Polda 2, Bandar Lampung, Senin (8/2). Pemadaman listrik, kata dia, sudah menjadi langganan di daerahnya sejak bulan November tahun lalu. Namun, pada bulan Februari ini frekwensi pemadaman listrik semakin bertambah dan tidak menentu waktunya; bisa siang ataupun malam hari.

 Rizki, warga Jagabaya II Bandar Lampung,mengeluhkan tindakan PLN yang mematikan lampu secara sepihak kepada pelanggannya di Lampung, tanpa ada penjelasan resmi penyebab mati lampu. Pasalnya, kata dia, biasanya mati lampu terjadi  jika musim hujan atau angin kencang, tapi sekarang tidak ada angin dam tidak ada hujan tetap mati lampu.

 “Apa tidak malu PLN, setiap bulan menerima seteron pelanggan, tapi pelayanan tetap saja buruk. Buburkan saja PLN kalau kerjanya tidak bagus,” kata pegawai swasta tersebut. Ia dan warga lainnya kesal dengan kinerja PLN di Lampung yang terus memburuk terhadap pelayanan kepada konsumennya.

 Pemadaman listrik ini, ungkap dia, telah banyak merugikan masyarakat bukan saja pelanggan, tapi juga masyarakat umum. Soalnya, lanjut dia, semua aktivitas warga baik di kantoran maupun dunia usaha menggantungkan nasibnya dengan aliran listrik. “Coba bayangkan kalau mati empat jam lebih, mau kerja apa lagi. Semua banyak rugi bahkan bangkrut,” tegasnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement