Jumat 05 Feb 2016 19:10 WIB

Ini Komentar SBY Soal Kereta Cepat

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: SBY
Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turut mengikuti perkembangan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, termasuk pro dan kontra di kalangan masyarakat. Menurut dia wajar jika masyarakat ingin tahu sejelasnya soal proyek tersebut.

Sebab, proyek kereta cepat memakan anggaran besar Rp 76 triliun. Untuk itu, pria yang akrab disapa SBY ini menilai tidak salah jika rakyat penasaran dan bertanya tentang proyek kereta cepat.

"Karena biayanya besar dan juga akan berdampak pada apa yang akan terjadi antara Jakarta dan Bandung, termasuk kegiatan sosial dan ekonomi di wilayah itu. Saya tidak salahkan kalau rakyat peduli dan menyampaikan pandangannya," ujar SBY dalam sebuah video yang diunggah di akun Twitter-nya, Jumat (5/2).

Selama 10 tahun menjabat sebagai Presiden, sudah ratusan keputusan pembangun proyek infrastruktur yang ia tangani. Hal tersebut tentu harus dipertanggungjawabkan secara benar oleh pemerintah.

Memang, kata SBY, dalam kehidupan demokrasi, apapun yang diputuskan pemimpin selalu mengundang pro dan kontra, serta polemik. Untuk itu, tidak heran kalau proyek pembangunan kereta cepat mendatangkan polemik. Pemerintah pun, menurut dia, tidak perlu berkecil hati.

Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan soal kereta cepat. Pemerintah harus bersedia mendengar, memberi penjelasan secara gamblang manakala rakyat ingin tahu seluk beluk proyek tersebut.

Saat ditanya mengenai apakah kereta cepat tersebut diperlukan, Ketua Umum Partai Demokrat ini menjawab hal itu tergantung dari mana melihatnya. Saat ini jarak Jakarta-Bandung dapat ditempuh melalui tol, kereta reguler, ataupun lewat udara.

"Tapi bisa jadi ada gunanya karena pilihan rakyat bertambah lagi. Karena angkutan ini lebih cepat dibanding kereta api biasa. Yang saya amati bukan perlu atau tidaknya, tapi ada atau tidak benefitnya," jelas pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement