Senin 01 Feb 2016 07:26 WIB

Kisah Warga Penjaringan Buang Air di Got Puluhan Tahun

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Warga Penjaringan, Jakut, mendapat bantuan septik tank dari perusahaan furnitur Swedia, beberapa waktu lalu.
Foto: dok IKEA
Warga Penjaringan, Jakut, mendapat bantuan septik tank dari perusahaan furnitur Swedia, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Sugi (37 tahun), warga Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara RW 10 menempati rumah petak sekitar 2x3 meter bersama ibunya yang sudah tua renta. "Sejak lahir sudah di sini, bukan datang dari kampung manapun," ujar Sugi.

Sudah puluhan tahun pria yang berprofesi sebagai kuli bangunan itu tinggal di rumah yang dilengkapi satu televisi 14 inci itu. Saat ini pria berkulit agak cokelat itu tengah bersyukur, salah satunya karena diberi fasilitas tangki septik atau tempat pembuangan air kotoran di rumahnya. Salah satu perusahaan swasta bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memberikan 100 septik tank bagi warga di area Penjaringan. Bantuan itu diberikan karena melihat banyaknya warga Penjaringan yang dinilai sangat membutuhkan salah satu perabot dasar rumah tersebut.

Sugi mengaku sudah puluhan tahun pula ia terbiasa buang air di kali, got dan atau semacamnya. Kini Sugi tak perlu lagi buang air di sembarang tempat, melainkan di toilet rumahnya sendiri. Septik tank yang diterimanya dari sumbangan dibangun di dalam galian tanah di bawah keramik rumahnya. Dulu, jika terpaksa atau saat tengah malam, Sugi seringkali buang air di dalam rumah. "Dulu buang air biasa di sini saja," tunjuknya ke arah sudut rumah yang kini sudah tertutup keramik.

Tak hanya Sugi, warga Penjaringan lain seperti seluruh keluarga Ibu Sumiah di RW 13 juga kerap buang air di sembarang tempat. Mereka melakukannya selama berpuluh tahun. Dengan ukuran rumah petak yang tak jauh beda dari Sugi, sumbangan septik tank yang diterima Sumiah pun dibangun di dalam galian tanah dalam rumah. Semua bantuan tangki septik dibangun di dalam rumah karena terbatas atau sempitnya lahan para warga.

"Ada sekitar 12 orang yang tinggal di rumah sekecil ini, tadinya kita buang air di mana saja," kata Sumiah.

Kisah Sarmi (80 tahun) juga menyajikan cerita tak jauh beda. Wanita yang tinggal sebatang kara itu mengaku selama hidupnya bisa buang air di mana saja, sebelum ada bantuan pembangunan septik tank. "Saya sangat terbantu, sangat senang," ujarnya soal bantuan septik tank.

Lurah Penjaringan Suranta mengatakan bantuan 100 septik tank yang kini telah mencapai target penyelesaian sejak dua tahun lalu itu tentunya telah sangat membantu sebagian warganya. Jika bicara kurang, kata dia, tentu masih ada ribuan masyarakat yang membutuhkan. Masih harus ada upaya lebih untuk memutus mata rantai kemiskinan di kelurahan yang berpenduduk tak kurang dari 300 ribu jiwa itu.

Menurutnya, pergerakan perusahaan swasta, khususnya dalam bantuan sanitasi dan kesehatan ini lebih cepat dari PT PAL Indonesia. "Kalau bantuan dari perusahaan swasta ini sudah selesai, sementara PT PAL masih mikir, karena terlalu banyak hitung-hitungan. Kadang kesal kalau wilayah sudah bersih, tahu-tahu ada orang ambil foto untuk SPJ," katanya.

Penjaringan memiliki jumlah penduduk lebih dari 300 ribu orang dengan kepadatan 8.635 penduduk per kilometer persegi. Ada 75 persen penduduknya yang mengandalkan air tanah sumur dangkal dan hanya dua persen masyarakat yang memiliki akses terhadap sistem penyaluran air buangan yang disediakan pemerintah.

Sebanyak 90 persen air di wilayah itu juga dilaporkan sudah tercemar. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian pedagang kaki lima atau hanya berdagang di sekitaran rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement