REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Usai mendapat perpanjangan Surat Keputusan (SK) Pengesahan kepengurusan munas Riau, Golkar segera menggelar munas luar biasa (munaslub). Rencananya, munaslub akan dilaksanakan sebelum masuk bulan Ramadhan. Munaslub akan memilih Ketua Umum menggantikan dua ketua umum beda versi.
Ketua DPP Partai Golkar hasil munas Bali, Firman Subagyo mengatakan, kekuasaan menjadi tidak terpisahkan dari politik dan demokrasi. Termasuk, soal pemilihan ketua umum partai berlambang pohon beringin ini, nanti. Menurutnya, sosok yang pas untuk mengisi posisi ketua umum Golkar harus dekat dengan kekuasaan dan penguasa.
“Calon Ketum harus mempunyai kedekatan dengan Presiden Jokowi,” ujar Firman di kompleks parlemen Senayan, Kamis (28/1).
Firman menambahkan, dekat dengan kekuasaan memberikan rasa aman bagi Golkar. Sebab, kalau ketum Golkar tidak dekat dengan kekuasaan, dikhawatirkan akan ada gangguan lagi terhadap partai berlambang pohon beringin ini.
Jadi, sosok yang berpeluang besar untuk menduduki kursi orang nomor satu di Golkar kedepan adalah yang dekat dengan Presiden Jokowi.
Terlebih, dalam politik, kata Wakil Ketua Badan Legislasi DPR ini, mau tidak mau, atau suka tidak suka, partai pasti ingin mendapat kekuasaan. Ini wajar dalam demokrasi dilakukan oleh partai politik manapun. “Kekuasaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” tegas dia.
Dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Partai Golkar awal pekan kemarin, Golkar hasil munas Bali juga menegaskan perlunya reposisi diri terhadap kekuasaan. Catatan selama partai ini berdiri, memang baru pertama kali ini Golkar berada di luar pemerintahan.