REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Produk kerajinan tenun Baduy di Kabupaten Lebak, Banten, kini diminati wisatawan sehingga dapat mendorong pendapatan ekonomi masyarakat Baduy.
"Keunggulan tenun Baduy itu, karena memiliki nilai seni tradisional dan warnanya berbeda dengan tenun lain di Tanah Air," kata Meti (40), seorang perajin Baduy warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Rabu (27/1).
Selama ini, wisatawan dari berbagai daerah yang mengunjungi wisata budaya di kawasan adat, mereka tertarik kain Baduy.
Mereka wisatawan domestik ingin mengetahui kehidupan warga Baduy.
Bahkan, banyak wisatawan yang datang ke sini membeli tenun dengan jumlah banyak. Pengunjung membeli kain tenun Baduy untuk dijadikan kenang-kenangan dengan alasan tradisional juga memiliki nilai seni.
Benang bahan baku kain tenunan didatangkan dari Majalaya Bandung, Jawa Barat. Kerajinan kain tenunan dikerjakan kaum perempuan dengan peralatan secara manual.
"Kami sejak sebulan omzet penjualan relatif baik karena memasuki musim liburan tahun baru itu," katanya.
Menurut dia, untuk mengerjakan kain dengan ukuran 3x2 meter persegi bisa dikerjakan selama sepekan. Pengerjaan kain tenun sambil duduk di balai-balai rumah yang terbuat dari dinding bambu dan atap rumbia.
Mereka mengerjakan tenun Baduy itu dengan berbagai motif dan corak warna. "Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi keluarga dengan kerajinan kain Baduy itu," katanya.
Begitu juga perajin tenun lainnya, Jali (55) mengaku, selama ini permintaan kain dan batik Baduy meningkat sehingga wisatawan domestik dari luar daerah setiap hari datang ke perkampungan Baduy.
Adapun, kata dia, harga kain tenun dan pakaian batik Baduy itu tergantung kualitas mulai Rp 70.000 sampai Rp 350.000 per busana. "Semua wisatawan domestik itu sangat mencintai produk masyarakat adat," katanya.