REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar hukum tata negara, Yusril Ihza Mahendra mengkritisi proyek pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung yang pekan lalu diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Yusril menyebutnya sebagai proyek grasa-grusu alias terburu-buru.
Hal tersebut ditunjukkan Yusril dengan penulisan prasasti yang ganjil. Dalam prasasti tersebut, ada salah tulis dari kata 'pembangunan' menjadi 'pembagunan'. Tak hanya itu, peletakan nama, tempat, dan tanggal pun dinilainya tak lazim.
"Proyek grasa-grusu, tulisan di prasastipun terlihat aneh. Nama tempat & tanggal lazimnya diletakkan sblm tandatangan," katanya lewat akun twitter pribadinya @Yusrilihza_Mhd yang dikutip Republika, Ahad (24/1).
Dalam cuitannya, ia mengkritisi sekaligus mengungkapkan kekhawatirannya terhadap proyek tersebut. Ia khawatir karena dibalik cepatnya proyek tersebut dibangun, ada bayang-bayang utang puluhan triliun kepada Cina dan nasib BUMN yang menanganinya.
"4 bumn ngutang ama china bentuk konsorsium bikin proyek ini. Kalo gagal, saham keempatnya bakal ditelen china," katanya.
Ia pun menegaskan kritikannya bukan semata soal kesalahan tulisan di prasasti tetapi utang besar yang harus dibayarkan di masa depan.
"Salah nulis prasasti mungkin hal kecil, tapi utang proyek ini hampir 79 trilyun rp ama china bukan masalah kecil," katanya.
"Utang ama china itu dibayar 60 thn. Cucu kita nanti yg lunasi kalo proyek lancar. Kalo macet 4 bumn terancam, Boss," kata Yusril.