REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, akan melakukan komunikasi dengan tokoh agama.
Di antaranya dengani para kyai dan imam Masjid agar bisa lebih intensif berkomunikasi langsung dengan masyarakat di perkotaan dan desa.
Komunikasi ini dilakukan, sebagai upaya pencegahan dini gerakan radikalisme. Misalnya, masuknya faham Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), terutama untuk anak-anak.
"Supaya ada pemahaman yang standar yang disepakati, jelas alurnya, tidak ada perbedaan pendapat yang prinsipil harus kita konsolidasikan," ujar Heryawan yang akrab disapa Aher, Kamis (21/1).
Sehingga, kata Aher, ketika ada paham yang bertentangan dengan akidah yang sebenarnya bisa dideteksi dini. Walaupun, Aher menilai sebenarnya lingkungan keluarga merupakan benteng utama untuk mencegah paham radikalisme tersebut.
Sebenarnya, kata dia, mengklasifikasikan keanehan-keanehan itu mudah. Misalnya, ada yang mengajak untuk memperbolehkan shalat tidak lima waktu, atau ada utusan Malaikat Jibril kepada seseorang.
"Itu bisa dicegal dari awal di lingkungan keluarga," kata dia.
Aher pun mengimbau agar semua masyararat Jawa Barat tidak terpengaruh dengan ajakan-ajakan pihak tertentu yang menganut atau mengajarkan radikalisme.
Dikatakan Aher, Ia telah menerima informasi warga Jawa Barat yang menjadi eks anggota Gerakan Fajar Nusantara di Kalimantan Barat, 1.500 orang. Namun, pihakmya masih menunggu instruksi dari pemda dan pemerintah pusat.
"Masih menunggu konfirmasi dari berbagai pihak, baik dari provinsi secepat atau pusat, kalau kita ditugaskan apa, tentu kita harus melakukan apa yang ditugaskan," kata Aher seraya mengatakan, sebenarnya kalau sudah ditangani oleh Kalimantan atau provinsi setempat berarti sudah selesai.