Rabu 20 Jan 2016 12:53 WIB

IPW Sebut Polisi tidak Konsisten Terapkan SOP di Lapangan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Hazliansyah
Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mempertanyakan profesionalitas Polri menyusul tragedi pengeroyokan yang membuat polisi tewas dan luka saat menggerebek bandar narkoba, beberapa waktu lalu. Apalagi kejadian tersebut terjadi di DKI Jakarta yang menjadi ibu kota negara Indonesia.

IPW menyayangkan anggota kepolisian yang terluka dan tewas saat hendak menangkap bandar narkoba.

"Dimana senjata polisi waktu itu, kenapa saat hendak melakukan penggeledaan gedung DPR polisi bersenjata lengkap, tapi saat menggerebek sarang narkoba tidak bersenjata lengkap," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (20/1).

Dia pun mempertanyakan apakah gedung DPR lebih berbahaya ketimbang sarang narkoba.

Menurut Neta, tewas dan terlukanya polisi dalam penggerebekan itu akibat tidak konsistennya polisi dalam menerapkan standard operation prosedure (SOP) di lapangan, sehingga mereka menjadi korban kecerobohannya sendiri.

Kasus ini menunjukkan buruknya koordinasi di kepolisian antara intelijen dengan reserse. Tanpa info lengkap dari intelijen tentang situasi dan kondisi di tempat kejadian perkara (TKP), reserse main sergap.

"Akibatnya saat warga melakukan perlawanan, ketiga polisi itu kaget dan menjadi korban," ujarnya.

Kasus ini, kata dia, juga menunjukkan betapa tidak terlatihnya polisi saat ini, padahal mereka bertugas di ibu kota. Alhasil mereka menjadi bulan-bulanan warga.

Bagaimana pun kasus ini harus menjadi pelajaran berharga bagi Polri untuk berbenah, introspeksi dan memperbaki kinerja profesionalnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement