REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa ledakan yang terjadi di Sarinah, Kamis (14/1), sengaja dilakukan untuk menyebar ketakutan pada masyarkat. Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, meski dengan daya ledakan yang sedikit kecemasan masyarakat yang tinggi tidak bisa dihindari.
Alasan munculnya kecemasan dan ketakutan, menurut Mahfudz, berasal dari perjalanan isu-isu seputar terorisme yang dua tahun terakhir begitu santer diperdengarkan. Sejak 2000, terjadi tujuh kasus ledakan di Indonesia, dan ledakan Sarinah merupakan ledakan yang paling kecil.
Mahfudz mengatakan, aksi ledakan yang kecil dapat berakibat pada efek psikologi masyarakat. Dari akumulasi kekhawatiran yang sudah dilakukan sejak dua tahun terahir, peristiwa ledakan di Sarinah menimbulkan efek teror yang cukup megangetkan masyarakat.
Munculnya ISIS dengan basis di Suriah dan Irak menjadi kekhawatiran dengan aksi teror terhadap dunia. Masyarakat mulai digiring untuk merasakan kekhawatiran, walau belum terakumulasi karena merasa Indonesia tidak ada tanda-tanda pergerakan kelompok radikal secara nyata.
"Dua tahun terkondisikan aksi teror, begitu terjadi di Jakarta, dan efeknya lebih besar dari aksi," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera dalam acara diskusi "Dibalik Teori Jakarta" di Cikini, Jakarta, Sabtu (16/1).
Baca juga, Polisi Malaysia Berisiko Alami Serangan Seperti Indonesia.
Berkembangnya isu terorisme yang selalu dibicarakan media, menurutnya, juga menjadi penyumbang kepanikan masyarakat dari dua tahun terakhir. Peringatan yang diberikan BIN, BNPT, serta Polri juga menanamkan pemikiran bahwa akan terjadi serangan meski pun belum jelas akan kapan terjadi.