Jumat 15 Jan 2016 22:33 WIB

Jamal, Pedagang Satai Sarinah yang Bikin Heboh Media Sosial

Rep: c21/ Red: Joko Sadewo
Jamal penjual sate di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Foto: Republika/Aji Nugroho
Jamal penjual sate di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang tukang sate bernama Jamal (65) tetap membuka lapak dagangannya saat serangan teroris terjadi di Starbuck Cofe, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis (14/1) kemarin.

Mendadak memang nama 'Sate Jamal' menjadi ngetren di rumahnya, karena masuk televisi. Ia menjadi pembicaraan karena tetap cuek melayani pedagang sekalipun di sekitarnya polisi masih sibuk berurusan dengan pengejaran teroris.

 

Sekitar pukul 10.30 WIB, suara ledakan terdengar keras, Jamal tetap tidak beranjak dari tempatnya. Ia hanya diam dan terus menjaga dagangannya, sekalipun orang-orang berlarian ke arah Jalan Agus Salim, Sabang, Jakarta Pusat.  "Saya melihat orang lari-lari, banyak polisi juga. Paska kejadian tidak ada yang makan. Namun hanya berlarian," kata dia, Jumat (15/1).

 

Jamal mengaku tidak takut karena alasan sederhana. Ia tidak ingin meninggalkan dagangannya. Ia justru hanya takut kalau orang-orang yang berlarian itu dagangan Satai miliknya. Warung Satai Jamal hanya gerobak kecil berisikan menu aneka sate. Dari sapi, kambing hingga ayam.

Jalam membuka dagangan pada pukul 07.30 WIB. Sementara ledakan terdengar kencang dari arah Starbuck Cofe sekitar 10.30 WiB. Saat itu belum ada yang makan saat ledakan terjadi, namun setelahnya justru banyak yang ramai datang sekitar pukul 13.00 WIB.

Sebelum serangan terjadi, Jamal mengatakan orang yang membeli satainya tidak sebanyak usai ledakan bom. "Kalau setiap hari omzet Rp 200 ribu - Rp 300 ribu. Namun kemarin sampai Rp 700 ribu," kata Jamal yang tinggal di Jalan Jati Bunder, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Setiap harinya, dia harus jalan ke lokasi jualan dengan waktu 30 menit. Dia mengaku telah berdagang sejak Tahun 1974 di Jalan Agus Salim, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sebelumnya, dia ingat pernah mengalami peristiwa mencekam saat zaman orde baru runtuh, yaitu pada tahun 1998. Orang-orang terlihat berlarian, lemparan batu dimana-mana, ATM dijarah di Jalan Agus Salim, Sabang, Jakarta Pusat. Selain itu, Robinson juga dijarah, dibakar dan lain-lain.

Saat peristiwa itu terjadi banyak orang meninggal, namun Jamal juga tetap menjaga dagangan miliknya. "Harapan saya jangan seperti itu. Kasihan orang-orang," kata dia.

Sementara itu, ratusan orang yang sempat menonton berlarian menyelamatkan diri ke arah dirinya berdagang di Jalan Agus Salim, Sabang, Jakarta Pusat. Namun bukannya lari dan menutup tokonya, Jamal masih tetap membuka (Warung Sate Jamal).

Sementara pedagang Satai Padang, Hendra Saputra (28), Fauzi (18) juga mengatakan tidak takut dengan aksi terorisme. Dia mengatakan kemarin tidak boleh jualan oleh pihak pengurus lapak warung di sekitaran perkantoran Sarinah Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat. Hal itu karena ada aksi terorisme yang menewaskan sejumlah orang. Dia mengaku bekerja dari pukul 17.00 WIB - 02.00 WIB.

"Misalkan kemarin boleh jualan. Saya pasti juga jualan," kata dia.

Karena terorisme memang dirinya merasa dirugikan. Namun dia mengacungkan jempol kepada Jamal yang berani tetap membuka lapaknya dan tidak takut dengan terorisme. Hendra mengatakan sudah setahun lebih berjualan di Jalan Wahid Hasyim.

Hendra mengaku tidak merasa takut, karena sudah ada polisi. Dia percaya dengan polisi karena itu memang tugasnya mengamankan dan melindungi rakyat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement