REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi teror berdarah di kawasan Sarinah Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1), menebar duka yang sangat mendalam serta kecaman akibat aksi biadab tersebut. Lewat sebuah puisi, aktivis Indonesia tanpa diskriminasi Denny JA meluapkan perasaannya terkait musibah tersebut.
Berikut puisi Denny JA dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (15/1)
Teroris, Apakah Kau Punya Ibu?
"Teroris, mengapa kau bunuh anakku?
Ia tak berurusan dengan kamu
Politik ia tak tahu
Ia bukan musuh kamu"
Menangis meraung Ibu Aminah
Ditatapnya lagi mayat berdarah
Semua air matanya tumpah
Anak satu satunya mati sudah
Bergantian Ibu Aminah dipeluk tetangga
Mereka menangis bersama
Di pundak mereka, Ibu Aminah terbata:
"Anakku bukan polisi
Anakku bukan politisi
Anakku bukan TNI
Mengapa anakku mereka bunuh?"
Melengking ibu Aminah sejadinya
Luka terlalu menganga
Langit ikut berduka
Bumi yang dipijaknya bernanah
Tetap ia terpana
Mengapa mereka mensasar anaknya?
Ia rakyat biasa
Muslimah pula
Mona, sang wartawati mengamati
Sedari tadi ia terpaku di lokasi
Dikumpulkannya aneka informasi
Teror di Jakarta ingin ia pahami
"Wahai teroris, siapa tuanmu?
Apakah kau punya ibu?
Tidakkah kau cinta keluargamu?
Mengapa kau rela mati?
Dengan bom bunuh diri?
Peradaban apa yang ingin kalian tegakkan?
Mengapa menghalalkan kekerasan dan pembunuhan?
Kalian teriakkan nama Tuhan
Namun mengapa menjadi setan?
Apakah kau kira akan jumpa bidadari?
Di surga nan abadi?
Demi perjuangan kau rela mati?
Inikah ilusi yang meracuni?
Apakah ini yang kau kira?
Tuhan akan memberimu hadiah?
Nabi akan memberimu berkah?
Pada agama kau akan dianggap berjasa?
Astaga, siapa yang memasukkan ular di kalian punya kepala?
Dibacanya data muthakir
Sejak 35 tahun terakhir
Dari tahun delapan puluh satu
Hingga tahun dua ribu lima belas
Terjadi 4506 bom bunuh diri
Dipentaskan di 40 negeri
Sudah 45 ribu nyawa yang mati
ISIS sudah manggung di Indonesia
Demikian berita dunia
Dari Paris hingga Jakarta
Mereka ingin bertahta
Gunakan slogan agama
Tapi menebarkan neraka
Merinding bulu kuduk Mona
Rasa takut keras menggoda
Haruskah laporan ini dipublikasikannya?
Akankah ia menjadi target berikutnya?
Aku takut, kata ulu hatinya
Aku takut, kata neuron di pikirannya
Aku takut, kata jeroan sukmanya
Dipandangnya lagi ibu Aminah
Yang terus memeluk mayat tak berdaya
Mona terkesima
Keharuan menguasainya
Ia teringat ibunya
Jiwanya terguncang
Batinnya berperang
Antara rasa haru dan rasa takut
Antara keharusan berani dan rasa takut
Jika dibiarkannya rasa takut bertahta
Bukankah ia kalah sukarela?
Lonceng di hati Mona terus bergema
Jangan biarkan para ibu di dunia
mengalami nasib seperti ibu Aminah
Kesaksian harus diberikan
Keberanian harus dibangunkan
Mona tegakkan kepala
Kini matanya menyala
Ia sebar di social media
#JanganTakut Jakarta
#JanganTakut Indonesia
# JanganTakut Dunia
#Terorisme Musuh Bersama
Jangan kalah
dengan preman berkedok agama!
Kamis 14 Jan
Di Hari Teror Jakarta