Jumat 15 Jan 2016 06:10 WIB

PBNU: Muslim Nusantara tak Punya Sejarah Kekerasan

Rep: C26/ Red: Angga Indrawan
Karangan bunga di depan Pos Polisi Sarinah
Foto: Republika/c30
Karangan bunga di depan Pos Polisi Sarinah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Sulton Fatoni menegaskan, masyarakat Muslim Indonesia tidak punya sejarah kekerasan dalam mewujudkan cita-citanya untuk hidup beradab dan berkeadilan. Karena itu, setiap aksi kekerasan dipastikan tidak punya legitimasi masyarakat. 

"Sejarah leluhur kita itu sejarah dinamis membangun peradaban dengan cara yang santun, damai, dan saling menghormati tanpa kekerasan," kata Sulton dalam seminar "Cakrawala Islam Nusantara" yang diselenggarakan Pusat Studi Islam Universitas Islam Malang 1945 Bekasi, Kamis (14/1). 

Menurut Sulton, PBNU mengenalkan "Islam Nusantara" sebagai gerakan nasional Muslim Indonesia. Ini ditujukan untuk memahami secara komprehensif khazanah keislaman yang dimiliki Muslim Indonesia. 

Muslim Indonesia, kata dia, memiliki leluhur dan pemuka agama yang hebat, seperti Kiai Chatib Sambas yang tarekatnya diikuti Muslim di belahan dunia. Ada pula Kiai Nawawi Banten yang dijuluki 'Mahaguru Ulama Hijaz'.

Ia menambahkan, Muslim Nusantara dalam seratus tahun terakhir telah dijaga secara sistematis oleh para ulama. Persoalan masyarakat diselesaikan dalam perspektif Islam sehingga perilakunya Islami.

"Nahdlatul Ulama punya kitab Ahkamul Fuqaha, yang berisi keputusan para kiai atas penyelesaian problem masyarakat sejak 2015 hingga 2016. Coba, mana ada Muslim di dunia ini seperti di Indonesia? Bersyukurlah atas capaian peradaban ini," ungkapnya. 

Seminar ini diikuti pihak rektorat dan mahasiswa Unisma 1945 dengan mengundang perwakilan para pelajar se-Bekasi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement