Kamis 14 Jan 2016 17:54 WIB

Mabes Polri Tegaskan Aksi Teror di Sarinah Bukan Gerakan Islam

Rep: c25/ Red: Bilal Ramadhan
Mahasiswa melakukan aksi demo pengecaman aksi teror yang terjadi di Jakarta dengan menyalakan lilin di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur, Kamis (14/1).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Mahasiswa melakukan aksi demo pengecaman aksi teror yang terjadi di Jakarta dengan menyalakan lilin di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jawa Timur, Kamis (14/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta tengah diguncang serangan teror. Seperti aksi teror lain, yang ditakutkan adalah serangan itu dikaitkan dengan golongan atau agama tertentu.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Charliyan menegaskan, serangan teror yang terjadi di daerah Thamrin, Jakarta, bukanlah aksi atau gerakan Islam. Bahkan, ia menekankan kalau serangan bom dan penembakan yang terjadi tidak terkait dengan agama sama sekali.

"Gerakan teroris ini bukan gerakan agama ataupun gerakan Islam," kata Anton, Kamis (14/1).

Ia menerangkan, pihak kepolisian sendiri sudah melakukan identifikasi terhadap gerakan-gerakan radikal yang ada di Indonesia. Anton mengungkapkan kalau di Indonesia memang terdapat cukup banyak gerakan radikal, yang jumlahnya mencapai 1.085 gerakan.

Anton mengatakan, gerakan-gerakan radikal yang ada selalu bergerak di bawah tanah dan tidak seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM). Hal itu membuat gerakan radikal tidak harus terdaftar serta merupakan gerakan yang menekankan ideologi dan gerakan fisik.

Sebelumnya, serangan teror berupa ledakan bom dan baku tembak terjadi di Jakarta pada Kamis (14/1) pagi. Serangan itu mengakibatkan tujuh korban sipil yang dua di antaranya meninggal, serta lima anggota kepolisian yang mengalami luka berat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement