Rabu 13 Jan 2016 05:37 WIB

Gafatar Pun Terdeterksi di Sulawesi Selatan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Agung Sasongko
Berkas-berkas Gafatar (ilustasi)
Foto: Debbie Sutrisno/Republika
Berkas-berkas Gafatar (ilustasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Provinsi Sulawesi Selatan tampaknya menjadi daerah yang menjadi peredaran organisasi masyarakat (Ormas) Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Pasalnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel pun menyebut bahwa pihaknya sempat mengetahui pergerakan ormas ini.

Hal tersebut diperkuat dengan pengakuan seorang laki-laki, Andi Besse yang menyebut bahwa dirinya sempat menjadi anggota Gafatar. Pria yang beralam di Desa Tobia, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu, masuk Gafatar pada bulan Mei 2012.  Besse mengaku mengikuti organisasi tersebut setelah diajak adik kandungya bernama Mulyani, juga suami Mulyani, Burhan Paikal.

Besse pun mengatakan, Burhan Paikal saat ini diketahui sebagai Ketua Gafatar di Provinsi Sulawesi Tengah.

"Besse menjelaskan bahwa dia sempat berangkat ke Makassar‎ sesaat setelah masuk Gafatar untuk melakukan deklarasi Gafatar seluruh di Indonesia di gedung CCC," ujar Kabid Humas Polda Sulselbar Kombers Pol Frans Barung mangera, sesuai pengakuan Besse, Rabu (13/1).

‎Besse, lanjutnya, dalam deklarasi Gafatar seluruh Indonesia di Makassar menyatakan Gafatar merupakan organisasi Islam yang bebas. Shalat dan puasa adalah sesuatu yang tidak wajib dilakukan.

‎Masih menurut Besse, kata dia, Gafatar mewajibkan anggota untuk merekrut anggota baru. Hal ini dilakukan agar keanggotaan Gafatar terus bertambah dari waktu ke waktu. "Info terakhir dari Besse, mereka berdia telah menuju Kalimnatan Timur untuk menyebrang ke Malaysia," paparnya.

Sebelumnya, ‎sepasangan suami-istri di Makassar disebut telah menghilang setelah bergabung dengan organisasi masyarakat (ormas) gerakan fajar nusantara (Gafatar). Mereka juga menghilang bersama dua anak beserta seorang pembantu rumah tangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement