REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Penutupan total aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Cirebon berdampak pada pengangkutan batu bara. Sedikitnya ada 13 tongkang pengangkut batu bara yang antre dan tak bisa membongkar muatan.
Berdasarkan pantauan, dari 13 tongkang itu, dua di antaranya bersandar di dermaga Muara Jati 1. Kedua tongkang tersebut tak bisa membongkar batu bara yang diangkutnya karena Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) menutup aktivitas bongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon mulai Kamis 7 Januari 2016 pukul 18.00 WIB.
Selain kedua tongkang tersebut, 11 tongkang pengangkut batu bara lainnya saat ini juga antre untuk bisa bongkar di Pelabuhan Cirebon. Mereka menunggu pada jarak sekitar tiga sampai empat mil dari pelabuhan.
"Tongkang-tongkang itu sebelumnya sudah dalam perjalanan menuju ke Pelabuhan Cirebon saat perintah penghentian bongkar batu bara," kata Manajer Operasional PT Pelindo II Pelabuhan Cirebon, Yossianus Marciano, Ahad (10/1).
Yossi menyatakan, pihaknya akan tetap mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh KSOP Cirebon. Pihaknya juga tidak tahu kapan bongkar batu bara di Pelabuhan Cirebon akan dibuka kembali.
Seperti diketahui, batu bara yang berasal dari Kalimantan biasa melakukan bongkar di Pelabuhan Cirebon sejak sepuluh tahun terakhir. Batu bara itu kemudian dikirimkan ke berbagai daerah, seperti Bandung, Wilayah Cirebon dan Jawa Tengah, untuk menjadi bahan bakar pabrik tekstil dan PLN.
Namun, warga di sekitar Pelabuhan Cirebon menuntut agar aktivitas bongkar muat batu bara tersebut ditutup. Pasalnya, debu batu bara yang berterbangan hingga ke pemukiman penduduk membuat kesehatan dan kenyamanan mereka terganggu.
KSOP Cirebon melalui surat bernomor UM.003/14/KSOP-CBN-16n tertanggal 7 Januari 2016 tentang Pemberhentian Sementara Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Cirebon, menutup seluruh aktivitas bongkar muat batu bara untuk sementara waktu.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
