REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menyampaikan pesan agar partai PDIP di sepanjang usianya menjadi pemersatu. Tak hanya itu, partainya juga sekaligus berjuang bersama rakyat untuk memperbaiki kehidupannya.
Dia merasa yakin, jika menghayati ajaran Bung Karno tersebut, kita akan mampu mengorganisasi massa dari pada kaum marhaen. Menurutnya rakyat yang selama ini dianggap kecil itu, jika digabungkan, pasti dapat menjadi satu gelombang yang maha sakti; satu gelombang perjuangan yang akan mampu menghadapi kendala apa pun.
"Rakyat adalah kekuatan bangsa yang ketika diorganisir dan diberi kesempatan untuk berdaya, pasti akan menjadi kekuatan bagi bangsa ini," ujar Megawati pada peringatan HUT PDIP ke-43 di Jakarta, Ahad (10/1).
Mega juga menegaskan, Indonesia merupakan satu Negara Kesatuan dan Negara Kebangsaan Republik yang demokratis dari Sabang sampai Merauke. Memang benar bahwa Indonesia saat ini berada di era otonomi daerah. Namun Indonesia bukanlah Negara Federal. Meskipun dirinya mencermati, bahwa perkembangan pelaksanaan otonomi daerah dan pemilihan kepala daerah (Pilkada), terlihat adanya realitas yang perlu kita cermati bersama.
"Marilah kita bayangkan Indonesia bagaikan sebuah lukisan. Lukisan yang ada dalam satu bingkai NKRI," ujarnya.
Tetapi, katanya lagi, lukisan itu bukanlah merupakan bagian dari satu kanvas utuh. Lukisan ini ibarat teka-teki yang tidak bisa sungguh-sungguh bersatu. Mengapa hal itu bisa terjadi? Konsep dan strategi pembangunan yang dijalankan di tiap daerah berangkat dari visi misi yang berbeda beda. Berbeda di setiap kabupaten dan kota, dan berbeda pula di setiap propinsi. Bahkan, sering terjadi adanya perbedaan kebijakan dengan tingkat pusat. "Marilah kita renungkan kembali, inikah yang disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia? ".