Jumat 08 Jan 2016 08:48 WIB

Dendang Politik Dangdut Koplo

Red: M Akbar
Anas Syahrul Alimi
Foto:
Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menandatangani dukungan ketika aksi damai di halaman gedung KPK, Jakarta, Selasa (3/3). Aksi yang diikuti seluruh pegawai KPK tersebut menolak putusan pimpinan KPK yang melimpahkan kasus Komisaris Jenderal Budi Gu

Drama Skandal Bank Century menjadi kisah yang menarik, bagaimana keadilan dapat ditransaksikan oleh siapa pun yang memiliki kekuasaan ekonomi dan politik.

Herry B Priyono (Kompas, 28 Juni 2011) pernah menulis opini dengan Judul "Pembusukan Kolosal". Dalam tulisannya, ia mengungkap betapa korupsi telah menjadi teater kolosal di negeri ini.

Korupsi telah menjadi budaya elite, birokrasi dan parpol yang berkecamuk dalam jantung kebudayaan. Korupsi telah menggurita di semua sudut negeri ini.  Negara menjadi lumpuh di tangan aparat dan pemerintahan yang korup. Institusi demokrasi juga kian tak bernyawa di tengah para elite predator dan koruptor.

Publik akan terus muak (sinis) jika panggung demokrasi kian dipenuhi dengan retorika politik citra yang penuh kepura-puraan, ketidakkonsistenan dan ketidaktulusan. Perilaku komunikasi politik yang seperti ini pada akhirnya melahirkan dan memapankan budaya politik baru yang dikemas dengan keagungan (glory) panggung politik, kecanggihan dalam beretorika, tapi berpotensi menyimpan beragam tipu daya.

Tanpa kesetaraan dan keadilan, demokrasi yang dijalankan oleh para elite penguasa ini dengan sendirinya akan jatuh pada budaya politik yang penuh kemunafikan. Maka, sampai kapan pun, di tangan para elite yang mengkhianati nilai-nilai demokrasi ini, panggung demokrasi tak pernah sepenuhnya bisa mewujudkan sistem sosial yang menjamin kesejahteraan bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement