Jumat 08 Jan 2016 08:48 WIB

Dendang Politik Dangdut Koplo

Red: M Akbar
Anas Syahrul Alimi
Foto:
Pengunjuk rasa berupaya menghindar dari siraman meriam air polisi saat berlangsungnya simulasi sistem pengamanan kota (sispamkota) di Semarang, Jawa Tengah, Senin (24/8). (Antara/R. Rekotomo)

Ketika para elite kian mengabaikan nilai-nilai dasar demokrasi, kemunafikan budaya politik kita akan terus menguat. Kebebasan (freedom) sebagai salah satu pilar dalam demokrasi, sebenarnya sudah berkembang dengan baik.

Namun, dua di antara tiga nilai-nilai demokrasi, yaitu kesetaraan (equality) dan keadilan (justice), justru yang tampaknya kian terabaikan. Saat ini, kesetaraan (equality) merupakan barang mewah yang sulit diwujudkan.

Di negeri yang jumlah aset orang yang masuk jajaran orang kaya di dunia begitu memukau, tapi jumlah rakyat miskin terus saja meningkat. Absennya nilai-nilai kesetaraan ini jelas berakibat fatal.

Angka kemiskinan akan sulit untuk mengalami penurunan. Justru sebaliknya, kemiskinanlah yang terbukti telah menjadi 'takdir turunan'. Kemiskinan itu diilustrasikan terus menurun dari orang tua ke anak-anak serta cucu-cucunya.

Sebaliknya, kesejahteraan dan kekayaan juga telah menjadi 'takdir turunan'. Seperti syair Rhoma Irama, maka yang kaya bisa makin kaya dan yang miskin pun terus jadi miskin. Nilai-nilai keadilan struktural tampak terus menjadi janji-janji palsu.

Dapat kita lihat, sudah berapa banyak para tokoh yang tersangkut skandal korupsi di negeri ini bebas melenggang begitu saja. Berapa banyak para koruptor yang dengan mudah membeli 'keadilan' dan keluar-masuk penjara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement