REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) memfokuskan pembukaan ruas jalan darat Trans Papua sepanjang 4.300 kilometer di 2016. Jalan yang diagendakan terbentang dengan rute Sorong-Manokwari-Enarotali-Nabire-Wamena-Merauke ditargetkan rampung pada 2018.
"Konektivitas jalan di Papua bukan hanya sebagai penghubung antar daerah, terutama untuk pengunungan tengah Papua, ini bertujuan mengurangi tingkat kemahalan di sana," kata Menpupera Basuki Hadimuljono dalam siaran pers yang diterima pada Kamis (7/1).
Menurutnya daerah seperti Wamena dan Puncak Ilaga sudah bisa ditembus melalui Nabire namun masih terlalu jauh. Saat ini tengah dibangun akses melalui selatan ke utara yakni ruas jalan Mumugu-Kenyam-Habema yang tahun ini ditargetkan tembus sepanjang 178 kilometer (km).
Saat ini ruas yang masih berupa hutan tersebut dikawal pembangunannya oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dari total 4.300 km jalan trans Papua, saat ini masih menyisakan 700 km lagi jalan yang belum tembus.
Saat ini, harga kebutuhan pokok di Papua masih mahal karena angkutan logistik menggunakan jalur udara. Sebagai gambaran, tarif angkut barang kebutuhan ditentukan oleh berat barang yakni berkisar antara 10-15 ribu per kilogram. Bila satu sak semen beratnya 50 kilogram, maka harganya bisa mencapai di atas satu juta per zak.
Mahalnya biaya logistik menggunakan jalur udara menjadi pertimbangan pemerintah untuk menggarap jalan darat trans Papua secara serius. Pasca jalan terbangun, diharapkan harga-harga kebutuhan pokok dapat lebih terjangkau masyarakat pegunungan engah.