Selasa 05 Jan 2016 17:02 WIB

Amien Rais Pesimistis Indonesia Kuat Hadapi MEA

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Bayu Hermawan
Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais.
Foto: Antara/Regina Safri
Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awal tahun ini merupakan permulaan dari masa berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan MEA, arus barang, modal, dan buruh dari negara-negara tetangga dapat dengan deras masuk ke Indonesia.

Mantan Ketua MPR RI Amien Rais meragukan Indonesia mampu menghadapi MEA. Sebab, daya saing produk Indonesia, terutama dari segi harga, bisa kalah dibandingkan produk luar yang bisa leluasa masuk ke Tanah Air.

Politikus senior PAN itu mencontohkan, beras produksi dalam negeri bisa jadi tak laku karena pasar dalam negeri sudah dibanjiri beras dari Vietnam, yang harganya lebih murah. Demikian pula dengan daya saing buruh Indonesia yang menurutnya mengkhawatirkan.

Tak hanya masalah ekonomi, menurut Amien, persoalan moral bangsa juga menjadi rentan. MEA membuat arus informasi dan gaya hidup negara-negara tetangga menjadi mudah masuk dan dicerna orang Indonesia.

Dia mencontohkan satu negara yang mempunyai budaya yang permisif dalam hal prostitusi. Di negara tersebut, menggunakan jasa prostitusi sama wajarnya dengan orang pergi membeli barang di warung.

"Kalau (budaya) itu masuk ke Indonesia, seperti apa nanti, makin runyamnya moral kita itu. Jadi saya minta Presiden Jokowi dan para pemimpin yang lain supaya meningkatkan betul-betul kewaspadaan," ujarnya di gedung Nusantara III, kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (5/1).

"Karena, kita mungkin kalah modal, kalah skill, kalah etos kerja. Kalah segala macam. Jadi (MEA) ini betul-betul berat. Kita akan salah-salah menjadi ya bukan tuan di negeri sendiri, tapi penonton," jelasnya.

Menurutnya, perpolitikan nasional belakangan ini juga semakin meningkatkan pesimisme. Kegaduhan di internal pemerintah serta dinamika di parlemen yang tak produktif hanya menjadi kendala kemajuan. Amien bahkan menyebut, ada unsur-unsur yang sengaja memecah-belah persatuan bangsa.

"Mohon maaf, kita masih pecah ke dalam. Sukanya memecah-mecah kekuatan politik. Disangkanya dengan melemahkan anak bangsa yang lain, itu jadi kuat pemerintah. Malah makin lemah," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement