REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2016 diprediksi menjadi ujian berat bagi eksistensi Koalisi Merah Putih (KMP). Apalagi partai politik (parpol) yang menjadi anggota KMP mulai sedikit berpindah haluan.
"Di tahun 2016 ini adalah tahun ujian terbesar bagi KMP. Pasalnya parpol-parpol yang katanya setia sedari awal harus angkat kaki karena keegoisan dan sikap konsistensi politik mereka yang sudah menyimpang dari awal," kata Sekretaris KMP, Fahri Hamzah dalam keterangan rilisnya kepada wartawan, Jumat (1/1).
Ia pun menjelaskan hengkangnya parpol tersebut terjadi secara berangsur, dimulai dari PAN yang sudah jelas bergabung dengan pemerintah pascamunas PAN.
"PAN sudah jelas mengumumkan bergabung dengan pemerintah meski menyatakan tetap di KMP," katanya.
Sementara Partai Demokrat dan PKS kata Fahri juga, dalam kasus persidangan dugaan pelanggaran etik ketua DPR Setya Novanto di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), secara bulat mendukung koalisi pemerintah.
"Yang bertahan digaris KMP hanya Golkar, Gerindra dan PPP sementara pemerintah masih menggantung nasib Golkar dan PPP di kementerian hukum dan HAM," ungkapnya.
Lantaran itu menurutnya, penting untuk terus meyakinkan masyarakat keberadaan KMP masih relevan sebagai partai oposisi, yakni membangun kekuatan penyeimbang di luar pemerintahan. Sebab jika semua kekuatan politik masuk dalam pemerintahan maka akan tercipta oligarki kekuasaan.
"Makanya keyakinan awal para pimpinan KMP harus dikuatkan kembali bahwa membangun kekuatan penyeimbang legislatif adalah sebuah kemuliaan yang sama saja dengan memimpin eksekutif," katanya politisi PKS tersebut.