REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menilai perwujudan revolusi mental belum terlihat dalam program kerja kongkrit selama satu tahun ini. Padahal, revolusi mental merupakan kebutuhan nyata bagi Indonesia sebagaimana manifestasi pelaksanaan sila pertama pancasila.
"Diperlukan terjemahan visi revolusi mental dalam aksi kebijakan yang kongkrit," kata Ketua Umum ICMI Jimly Asshiddiqie dalam acara Refleksi Akhir Tahun ICMI, Rabu (30/12).
Penerjemahan revolusi mental bisa dilakukan dengan pendalaman spiritualitas setiap lembaga negara dan pemerintah. Seluruh aparat pemerintah baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif hendaknya mengikuti pendalaman spiritual yang mampu dimanifestasikan dalam etos kerja, pelayanan dan dalam praktek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurutnya, agama harus bisa menghasilkan perubahan ditingkat individu dan masyarakat. Pendidikan agama ditingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat harus diutamakan sehingga berdampak kepada terbentuknya keseimbangan antara kesalehan personel dan sosial.
Jimly melanjutkan, negara dalam membangun peradaban Pancasila harus menempatkan posisi perempuan yang tinggi fan mulia, sehingga segala ekses kehidupan modern yang negatif dapat teratasi. Kedepan, negara harus merumuskan program-program dalam peningkatan, etika, moral masyarakat yang berbasis agama, budaya, pendidikan serta keluarga.