Rabu 23 Dec 2015 11:56 WIB

‎Penurunan Harga BBM Jangan Hanya Dinikmati Pemilik Kendaraan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi.
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) sore nanti. Kenaikan tersebut dinilai wajar mengingat harga minyak dunia saat ini sedang merosot.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan penurunan harga BBM tersebut harus memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia secara luas. Artinya manfaat penurunan tersebut jangan hanya bisa dirasakan oleh masyarakat yang mempunyai kendaraan bermotor saja. Tetapi juga bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan.

Menurutnya, penurunan harga BBM harus juga diikuti oleh penurunan harga sembako dan biaya lainnya, termasuk ongkos transportasi. "Pemerintah harus mengawalnya. Penurunan harga BBM jangan cuma dinikmati pemilik kendaraan, ini baru adil," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (23/12). 

Tulus menyarankan hasil keuntungan yang didapat dari turunnya harga minyak dunia sebaiknya disisihkan sebagai tabungan BBM. Selain itu, pemerintah juga hendaknya tidak melepas penuh harga jual BBM ke mekanisme pasar. 

Jika pemerintah melakukan hal tersebut, maka apabila terjadi gejolak harga minyak dunia dan berdampak terhadap harga BBM di Indonesia, pemerintah pun dapat memanfaatkan tabungan BBM untuk meredam gejolak harga yang begitu tajam. "Dengan begini, masyarakat tidak dihantui dengan kenaikan harga sembako dan biaya transportasi meski harga BBM naik," kata dia. 

(Baca Juga: Kado Tahun Baru, Premium Bakal Turun Rp 300 per Liter?)

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah berencana menurunkan harga untuk Januari 2016. Harga premium akan turun pada kisaran Rp 200 hingga Rp 300 per liter. Adapun untuk harga solar bisa turun lebih dari Rp 500 per liter. Harga minyak dunia terus merosot hingga menembus level 36 dolar AS per barel. Bahkan, harganya anjlok hingga 68 persen selama 1,5 tahun terakhir. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement