Jumat 18 Dec 2015 21:46 WIB

Kegaduhan di Purwakarta Hanya Ramai di Medsos

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Djibril Muhammad
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.

REPUBLIKA.CO.ID,

Kegaduhan di Purwakarta Jadi Bahan Kajian Mahasiswa S3

PURWAKARTA -- Kegaduhan di Kabupaten Purwakarta, Jabar, mengenai agama versus budaya, mendapat perhatian dari kalangan akademisi. Salah satunya, dari Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Prof Asep Saepul Muhtadi (Samuh). Akibat kegaduhan ini, Samuh sampai membawa 11 mahasiswa S3-nya untuk mengkaji permasalahan tersebut.

Menurut Samuh, kegaduhan di Kabupaten Purwakarta ini akibat sentimen politik. Padahal, setelah melakukan kajian antara mahasiswa yang berdiskusi langsung dengan Bupati Dedi Mulyadi, permasalahan di wilayah ini tak segenting yang terjadi di media sosial.

"Informasinya hanya sepotong-sepotong," ujar Samuh, kepada Republika.co.id, Jumat (18/12).

Kegaduhan ini, lanjut dia, merupakan isu agama kontemporer. Tetapi, karena ramai di media sosial, akhirnya bergulir jadi isu yang syarat kontroversi. Sehingga, banyak pihak yang berseteru akibat informasi ini.

Padahal, sambung Samuh, informasi yang sepotong-sepotong itu hanya mengakibatkan kemarahan dari sejumlah pihak yang pro dan kontra. Selain itu, jangan harap kegaduhan ini ada solusi. Sebab, ramainya hanya di media semata.

"Makanya, masyarakat jangan terjebak dengan informasi media. Sebab, media punya psikologinya masing-masing," ujarnya.

Atas kegaduhan ini, Samuh membawa 11 mahasiswa S3-nya. Mereka, akan mengkaji menganai masalah ini. Bahkan, ada juga yang tertarik untuk dijadikan bahan disertasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement