Kamis 17 Dec 2015 23:52 WIB

APTRI Dorong Pemerintah Tingkatkan Rendemen Tebu

Menteri BUMN Rini Soemarno panen tebu
Menteri BUMN Rini Soemarno panen tebu

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Asosiasi Petai Tebu Rakyat Indonesia pimpinan Sumitro Samadikun mendorong pemerintah membantu para petani meningkatkan rendemen atau kadar gula pada perkebunan tebu nasional.

"Impor gula menjadi suatu hal yang bisa kita atasi kalau kita serius meningkatkan produktivitas tebu termasuk meningkatkan rendemennya," kata Ketua Asosiasi Petai Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) versi Munas Bali Sumitro Samadikun seusai membuka Musyawarah Nasional IV APTRI di Yogyakarta, Kamis.

Dia mengatakan, hingga saat ini rendemen tebu di Indonesia masih tertinggal dengan negara lainya seperti Vietnam yang mampu mencapai rata-rata 12 persen. Rendemen tebu di Indonesia rata-rata masih di bawah 10 persen, bahkan ada yang masih 3-5 persen.

"Hanya satu dua pabrik gula saja yang perkebunan tebunya mampu mencapai (rendemen) 12 persen," kata dia.

Padahal, menurut Sumitro rendemen tebu merupakan faktor utama yang menentukan besar kecilnya produksi gula nasional. Ia mengilustrasikan, dengan rendemen tebu 10 persen saja, maka 1 hektare perkebunan tebu akan menghasilkan gula 10 ton.

"Padahal total luas perkebunan tebu kita 450.000 hektare, maka dengan rendemen 10 persen saja kita bisa memproduksi gula 4,5 juta ton pertahun, lalu buat apa impor?," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut dia, dalam rangka meningkatkan produktivitas tebu termasuk meningkatkan persentase rendemen tabu, pemerintah perlu segera memberikan dukungan dengan cara memperbaiki infrastruktur pertanian mencakup sarana prasarana irigasi, jalan produksi, serta alat dan mesin pertanian.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga harus memfasilitasi keringanan bunga pinjaman modal khusus petani tebu. Ia menilai bunga pinjaman petani tebu saat ini masih tinggi dengan rata-rata mencapai 8,25 persen."Itupun (aksesnya) masih susah," kata dia.

Sementara di Vietnam bunga pinjaman modal bagi petani tebu hanya 2,3 persen. "Mana mungkin kita bisa menghadapi mereka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," kata dia.

Ia mengatakan Indonesia pernah menjadi eksportir gula terbesar di dunia pada 1930 dengan produktivitas gula 3 juta ton per tahun dengan luas lahan perkebunan tebu hanya 200.000 hektare. Artinya, 1 hektare perkebunan tebu rata-rata menghasilkan 15 ton gula dengan rendemen tebu 15 persen.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement