REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Saud Usman menceritakan awal munculnya gerakan radikal ISIS di Indonesia.
Cerita ini, ia sampaikan dalam Rapat Koordinasi DPD RI tentang kebijakan menghadapi SARA dan bahaya terorisme di Hotel Royal Kuningan Jakarta, Sabtu (12/12).
Saud mengatakan, saat dirinya bertugas di Poso, di sana terdapat tiga orang pemimpin kelompok radikal. Saat itu, kata dia, pemerintah orde baru menggunakan strategi intelijen untuk membatasi gerakan mereka, sehingga berlakulah undang-undang terorisme tapi ternyata tidak selesai di situ.
"Di situlah awal munculnya tindakan radikalisme. Berangkatlah beberapa saudara kita tersebut ke Afganistan. Bahkan sampai enam angkatan ikut akademi di Pakistan dan Afganiastan," jelasnya
Menurut Saud, cikal bakal terbentuknya ISIS terjadi pada tahun 2005 dan bersatu membentuk majelis syuro mujahidin. Mereka menempatkan pasukan di majelis tersebut, sehingga pada tahun 2009 mereka mengebom hotel JW. Mariot di Jakarta.
"Ini kasus besar. Melihat kondisi ini dengan KUHP tidak cukup. Dibentuk undang undang penanggulangan terorisme, sehingga kasus-kasus teror masuk ke persidangan," katanya.