Rabu 09 Dec 2015 18:45 WIB

Instran: Pembangunan LRT Terkendala Pembebasan Lahan

Rep: C33/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja berada di proyek LRT (Light Rail Transit) di Kawasan Taman Mini, Jakarta Timur, Kamis (1/10).   (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pekerja berada di proyek LRT (Light Rail Transit) di Kawasan Taman Mini, Jakarta Timur, Kamis (1/10). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas menyatakan adanya kemungkinan lambannya pembangunan Light Rail Transit (LRT) disebabkan oleh masalah pembebasan lahan.

Hingga saat ini, pembangunan LRT masih terbilang lamban dengan masa pengerjaan proyek yang sebenarnya harus selesai tahun 2018. "Indikasi kendalanya soal pembebasan lahan, kelihatannya sih begitu," kata pengamat transportasi tersebut kepada Republika.co.id pada Rabu (9/12).

Ketika ditanyai perihal efektifitas LRT sebagai solusi transportasi, Darmaningtyas masih belum memperoleh gambaran pasti. Sebab, menurutnya, haruslah proyek LRT itu berjalan dahulu baru bisa ditentukan seberapa efektifnya.

Namun ia mengimbau supaya LRT yang nantinya dibangun memiliki daya angkut yang besar. Sehingga banyak penumpang yang bisa terangkut per sekali jalan. "Kalau rangkaian gerbongnya tiga sih ya kurang efektif. Paling tidak ada lima gerbong lah minimal supaya daya angkut bisa sampai seribu orang," jelasnya.

Sementara itu, ia menyadari selama proses pembangunan LRT maka akan memperparah kemacetan Jakarta. Sebab, banyak ruas jalan yang akan ditutup untuk membangun rute LRT. Sehingga ia pun meminta masyarakat bersabar dengan adanya kemacetan yang bersifat sementara itu.

Alasannya, kemacetan itu hanya implikasi dari kemajuan transportasi yang akan terjadi jika LRT selesai dibangun. "Proses pembangunannya pasti membuat macet karena ada rekayasa lalu lintas. Tapi itu macetnya kan demi tujuan yang lebih baik," ujarnya.

Diketahui dari pantauan Republika di lokasi groundbreaking pembangunan LRT di jalan taman mini 1, kendaraan berat seperti forklift, crane dan traktor masih terpajang.

Tiang-tiang pemancang beton setinggi sekitar sepuluh meter masih berdiri kokoh. Di bawah tiang itu, tanah liat nan becek menjadi lokasi penancapan tiang. Nampak puluhan pohon rindang di sekitar jalan taman mini 1 terpaksa ditumbangkan demi ambisi pembangunan LRT yang dilaksanakan PT Adhi Karya.

Sejumlah alat berat, seperti crane, yang ada di lokasi groundbreaking tampak tidak beroperasi. Hanya terlihat beberapa pekerja dan penjaga di lokasi proyek. Bahkan jika dilihat dari lokasi groundbreaking menuju arah Cibubur, pembangunannya baru sekitar 500 meter.

Tak pelak, hal itu mengindikasikan pembangunan terbilang mandek. Padahal target penyelesaian proyek yang ditaksir mencapai sekitar 700 miliar rupiah itu harus selesai pada tahun 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement