Senin 07 Dec 2015 23:55 WIB

Anggaran Pengembangan Minat Membaca Buku Dinilai Minim

Rep: C26/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah anak membaca buku yang disediakan gratis di mobil perpustakaan keliling, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (11/10).   (Antara/Sigid Kurniawan)
Sejumlah anak membaca buku yang disediakan gratis di mobil perpustakaan keliling, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (11/10). (Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Gerakan Permasyarakatan Minat Baca (GPMB) Suherman menyayangkan kurang perhatiannya pemerintah daerah terhadap budaya membaca buku. Padahal buku merupakan sumber pengetahuan guna memajukan bangsa.

Suherman menyebutkan kurang pedulinya pemerintah terlihat dari anggaran pengembangan perpustakaan dan budaya membaca buku yang minim. Ini berbanding terbalik dengan kondisi di negara lain yang begitu konsen terhadap motivasi membaca buku.

"Saya amati sejak Indonesia merdeka tidak ada pemerintah yang konsen terhadap budaya baca. Kita lihat program atau dukungan pemerintah tentang budaya baca yang sangat minim. Misalnya dalam APBD saya kira dapat dipastikan paling sedikit," ungkap Suherman kepada Republika.co.id beberapa waktu lalu.

Ia mengaku iri dengan negara lain yang bisa mendapatkan anggran besar untuk membangun budaya membaca. Menurutnya perhatian itu sudah terabaikan di pemerintahan saat ini.

Padahal, ujar dia, para pembesar negeri ini merupakan tokoh-tokoh yang gemar membaca. Mereka bisa menghasilkan sesuatu yang berharga untuk bangsa dari kebiasaan membaca buku.

Meski demikian, ia tidak mengetahui pastinya jumlah anggaran yang digelontorkan pemerintah untuk pembangunan perpustakaan dan pengembangan minat baca. Hal ini disimpulkannya dari kurangnya program motivasi ataupun pembangunan perpustakaan yang memadai. Bahkan di daerah-daerah pun kekurangan buku.

Jika dibandingkan dengan dana yang diberikan bidang lain, katanya, dapat dipastikan di setiap departemen pasti anggaran perpustakaannya paling minim.

Untuk saat ini menurutnya program yang dijalankan terkesan kegiatan formal yang tidak menyasar pada target sesungguhnya. Ia menginginkan adanya kegiatan yang langsung menyentuh masyarakat. Seperti pelatihan yang membangun kesadaran budaya membaca buku.

Ia berharap pemerintah setempat mulai melirik kegiatan mendukung program peningkatan budaya baca. Seperti seminar motivasi, talkshow, sosialisasi ataupun lomba-lomba yang membangkitkan kesadaran membaca buku.

"Di setiap daerah harus mulai memprioritaskan bidang pengembangan budaya baca di perpustakaan. Tidak hanya pengembangan infrastruktur tapi juga seminar, sosialisasi, lomba story telling, ataupun menulis," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement