Jumat 04 Dec 2015 21:58 WIB

Alat ECCT Warsito Telah Diriset Tiga Kali

Rep: c13/ Red: Esthi Maharani
 Presiden Ke-3 Indonesia B.J Habibie berbincang bersama penerima penghargaan B.J Habibie Tekonologi Award 2015, Warsito Purwo Taruno (kanan) di Jakarta, Kamis (20/8).   (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Presiden Ke-3 Indonesia B.J Habibie berbincang bersama penerima penghargaan B.J Habibie Tekonologi Award 2015, Warsito Purwo Taruno (kanan) di Jakarta, Kamis (20/8). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Temuan alat terapi Kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) telah dilakukan pengujian riset sebanyak tiga kali. Humas PT Edward Technology, Fauzan Zidni menjelaskan, riset telah dilakukan pada 2010, 2013 dan 2014. Menurut Fauzan, riset EECT telah diterapkan pada kultur sel kanker payudara, MCF-7.

“Riset ECCT pada kultur sel kanker payudara MCF-7 telah dilaksanakan sebanyak tiga kali, yakni 2010, 2013 dan 2014,” ujar Fauzan kepada Republika, Jumat (4/12).

Dari keseluruhan riset tersebut, Fauzan menyatakan, efektivitas penghambatan terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 cukup signifikan. Penghambatannya mampu mencapai kisaran 18 hingga 30 persen.  

Hasil riset ini juga telah dipresentasikan pada Pontianak International Conference on Advanced Pharmaceutical Sciences (PICAPS) 2015 di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat. Konferensi yang diselenggarakan pada 14 hingga 15 September lalu ini dihadiri oleh para peneliti kanker Indonesia maupun luar negeri.

Di samping itu, Fauzan juga menerangkan, temuan ini juga telah diriset secara in vivo pada hewan model dari jenis tikus yang biasa disebut dalam penelitian sebagai Mus Musculus.  Riset pilot ini bertujuan untuk mendapatkan parameter-parameter terbaik dalam studi utama.

Menurut Fauzan, hasil riset pilot in vivo telah menunjukkan efektivitas penghambatan terhadap pertumbuhan massa tumor yang cukup besar. Penghambatan pertumbuhan tumor ini mampu menggapai sebesar 67 hingga 90 persen. Hasil riset ini juga, tambah dia, telah dipublikasikan di PISCAPS 2015.

“Hasil penghambatan ECCT secara in vivo lebih besar dari in vitro,” ungkap Fauzan. Karena itu, pihaknya pun melakukan modifikasi pada ECCT dengan harapan bisa menghasilkan arah medan listrik lebih banyak. Ini perlu dilakukan karena arah pembelahan sel-sel kanker tidak seragam.

Fauzan menambahkan, penelitian in vivo atau uji hewan telah dilakukan oleh Firman Alamsyah. Dia merupakan pakar biofisika dan lulusan Tokyo University. Firman juga merupakan  kepala laboratorium biofisika PT Edward dengan Bimana Indomedical.

Mengenai uji in vitro atau uji sel, Fauzan menambahkan, ini juga telah dilaksanakan. Upaya ini telah dilakukan dengan difasilitasi oleh laboratorium kultur sel di Pusat Studi  Satwa Primate (PSSP), Insitut Pertanian Bogor (IPB).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement