Kamis 03 Dec 2015 06:39 WIB

Jumlah Kematian Ibu dan Bayi di Indramayu Tinggi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Winda Destiana Putri
Ibu hamil
Foto: pixabay
Ibu hamil

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Jumlah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Indramayu, masih tinggi.

Untuk mengatasi hal itu, Pemkab Indramayu pun mengefektifkan program expanding maternal & neonatal survival (EMAS) dengan sistem rujukan Maternal dan Neonatal Versi Indramayu (Si-Irma-Ayu).

Kabid Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Yadi Hidayat menyebutkan, jumlah kematian ibu di Kabupaten Indramayu yang terjadi sepanjang Januari-Oktober 2015 mencapai 47 kasus. Sedangkan jumlah kematian bayi dalam periode yang sama, mencapai 222 kasus.

 

"Kami berusaha keras supaya kematian ibu dan bayi tidak lebih tinggi dibandingkan tahun lalu," ujar Yadi, Rabu (2/12).

 

Yadi menyatakan, sepanjang 2014 lalu, jumlah kematian ibu mencapai 56 kasus. Sedangkan kematian bayi mencapai 365 kasus, atau rata-rata dalam sehari ada satu bayi yang meninggal dunia.

 

Yadi mengakui, jumlah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Indramayu itu masih tinggi. Bahkan, untuk kematian bayi menempati posisi tertinggi kedua di Jabar. Sedangkan kematian ibu menempati posisi keempat tertinggi di Jabar.

 

Untuk mengatasi hal itu, Pemkab Indramayu telah mencanangkan Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir pada 17 Juni 2015 lalu. Salah satunya melalui program expanding maternal & neonatal survival (EMAS) dengan sistem rujukan Maternal dan Neonatal Versi Indramayu (Si-Irma-Ayu). Sistem tersebut menyediakan bidan yang siaga 24 jam di ruang Call Center Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu.

"Kami juga mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa sesungguhnya kehamilan itu berisiko sehingga perhatian kepada ibu hamil harus besar," kata Yadi.

 

Yadi menyatakan, dari 47 kasus kematian ibu yang terjadi tahun ini, pihaknya memeriksa satu per satu mengenai penyebab kematiannya. Ternyata, dari kasus tersebut, 30 persen kasus terjadi karena ketidaktahuan dan keterlambatan masyarakat, 30 persen karena keterlambatan di puskesmas/bidan dan 30 persen karena keterlambatan di rumah sakit.

 

Sedangkan dari segi kondisi kesehatan ibu hamil, lanjut Yadi, 70 persen kematian ibu hamil terjadi karena pre eklamsi berat (tekanan darah tinggi). Namun, dia mengakui belum mengetahui penyebab ibu hamil di Indramayu mengalami tekanan darah yang tinggi.

 

"Kemungkinannya dari faktor kejiwaan atau stress yang dialami ibu selama kehamilan," terang Yadi.

 

Selain pre eklamsi berat, faktor penyebab kematian ibu hamil lainnya adalah pendarahan dan infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV/AIDS.

Khusus untuk mengatasi IMS, maka semua ibu hamil harus melakukan tes IMS supaya segera terdeteksi dan langsung mendapat pengobatan.

 

Terpisah, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Indramayu, Azun Mauzun, saat dimintai tanggapannya mengenai tingginya jumlah kematian ibu dan bayi di Kabupaten Indramayu, mengaku sangat prihatin. Dia menilai, salah satu penyebab terjadinya kematian ibu dan bayi adalah kurang terpantaunya kondisi ibu hamil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement