Rabu 02 Dec 2015 18:40 WIB
Temuan Pengobatan Kanker Ditutup Kemenkes

Klinik Kankernya Ditutup Kemenkes, Warsito Banjir Dukungan

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
 Warsito Purwo Taruno (kiri) saat menerima penghargaan B.J Habibie Teknologi Award 2015 dari Kepala BPPT Unggul Priyanto (kanan) di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis (20/8). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warsito Purwo Taruno (kiri) saat menerima penghargaan B.J Habibie Teknologi Award 2015 dari Kepala BPPT Unggul Priyanto (kanan) di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Kamis (20/8). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemenkes mengeluarkan surat penghentian riset dan operasional klinik Ahli Kanker Warsito Purwo Taruno, Senin (30/11) lalu. Pascapenutupan itu, kini dukungan dan saran pun membanjiri akun pribadi miliknya, Rabu (2/12).

Jumiart Agus yang pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Tokyo Jepang menilai inilah tambahan bukti nyata dan kuat kegagalan sistem pendidikan di Indonesia. "Tidak menghargai hasil karya dan temuan anak bangsa," tulis Jumiart Agus yang kini tinggal di Jepang.

Simpati yang sama disampaikan Andika Prajana, Dosen UIN Ar Raniry Banda Aceh. "Inilah Indonesia yang birokrasi dan standar prosedurnya berbelit-belit. Bagaimana kami mengembangkan keilmuan dan meneliti kalau kami selalu dipersulit. Salut untuk guru saya Warsito Purwo Taruno, penemu besar yang disia-siakan Indonesia," tulisnya.

(Baca Juga: Kilas Balik Perjalanan Warsito Hingga Temukan Alat Terapi Kanker).

Namun beberapa pihak tetap memberikan saran dan masukan terhadap Warsito atas operasional kliniknya selama ini. Salah satunya datang dari Tonang Dwi Ardyanto, seorang dokter dan dosen yang kini bekerja di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan RSUD Dr Moewardi Surakarta. 

Dalam laman akun Facebook Warsito, Tonang menyampaikan saran atas permasalahan ini. Menurut dia, permasalahan ini harus didudukkan secara esensi bukan sekaar emosi. Surat dari Kemenkes yang dihentikan adalah layanan kliniknya. Bukan soal risetnya, apalagi semua risetnya. "adi kita menjadi terseret jauh bukan pada pokok permasalahannya," tulisnya.

Tonang juga mengatakan banyak relawan yang berhasil dengan terapi itu. Sekaligus, tidak sedikit yang kembali dalam keadaan memburuk ke RS. Bahkan ada yang disertai Surat Pengantar dari Pak Warsito sendiri kepada RS/Dokter. "Poin yang menjadi keprihatinan adalah layanan medis di klinik tersebut. Itu yang sekali lagi menjadi poin untuk kita luruskan. Bukan soal menghentikan risetnya," kata dia.

Ia mengajak untuk menghentikan perdebatan yang sensasional dan bicara esensinya. "Menurut saya: ada riset dari Pak Warsito. Kemudian: ada harapan untuk diterapkan pada layanan medis. Maka: dilakukan uji coba. Mari kita dukung Pak Warsito untuk meneruskan risetnya sesuai koridor ilmiah," tulisnya lagi.

(Baca Juga: Warsito Bantah tak Bertemu Pihak Kemenkes)

Sebelumnya Ahli Kanker Indonesia menulis surat terbuka kepada pemerintah dalam hal ini Kemenkes, mempertanyakan terkait penghentian riset dan operasional klinik kankernya di Tangerang, Senin (30/1). Penghentian ini tertera dalam surat Kemenkes dengan nomor HK.06.01/IV/2444/2015 yang ditandatangani oleh Sekjen Kemenkes pada 20 November 2015.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement