REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat inflasi pada bulan November 2015 sebesar 0,18 persen. Dengan melihat indeks harga konsumen (IHK) yang meliputi tujuh kota di Provinsi Jawa Barat.
Hingga November 2015 ini inflasi terbesar tercatat berada di Kota Tasikmalaya. Kota ini mencatatkan inflasi mencapai 0,41 persen. Masalah inflasi besar di Kota Tasikmalaya disebutkan masih dikarenakan kenaikan harga beras.
"Tasikmalaya inflasinya masih disumbangkan dari harga beras masih tinggi harganya. Beda dengan Depok dan Bekasi karena suplai dari Jakarta banyak," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi, Dody Gunawan Yusuf di Gedung BPS Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Selasa (1/12).
Menurutnya pasokan beras di Kota Tasikmalaya berkurang. Sebab di daerah asal komoditinya belum memasuki masa panen sehingga kenaikan harga terjadi akibat pasokan yang semakin minim.
Selain itu, harga kelompok bahan makanan juga mengalami kenaikan. Mulai dari harga tomat sayur, buncis, sawi, labu, telur ayam, jeruk, hingga daging ayam. Ini cukup menyumbang besar inflasi di Kota Tasikmalaya.
Mengingat November masih merupakan fase pergantian musim. Belum ada masa panen dari komoditi sayuran atau buah-buahan ataupun peternakan. Menyebabkan pasokan sedikit sementara permintaan meningkat.
Menurutnya jika ingin menekan inflasi, pemerintah setempat harus dapat mencermati komoditi utama ataupun yang tidak ada di wilayahnya masing-masing. Ketersediaannya harus selalu dijaga dan diawasi agar tidak menyebabkan kenaikan harga kembali.
"Kalau mau stabilisasi maka harus dikunci itu supaya dicermati menurut komoditi yang ada atau tidak," ujarnya.
Apalagi biasanya kenaikan harga sering terjadi pada awal dan pertengahan tahun menjelang hari raya. Ini harus menjadi catatan dan perhatian pemerintah daerah setempat. Sementara itu untuk inflasi Jawa Barat memang masih disebabkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Di mana pertumbuhan ekonomi masih belum stabil.