Senin 23 Nov 2015 08:59 WIB

Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November (Bagian 3)

Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan Hari Pahlawan pada 10 November.
Foto:

Mallaby Tewas

Dalam buku biografi Himawan Soetanto berjudul Menjadi TNI itu, kehancuran total brigade Inggris tertolong oleh gencatan senjata yang disepakati Presiden Soekarno dan Mayjen Hawthorn, 30 Oktober siang.

Pelajaran keras itu memaksa Inggris mengakui status TKR dan membatalkan perintah penyerahan senjata laskar dan pemuda. Inggris harus menarik semua pasukannya untuk hanya dipusatkan di Tanjung Perak, lapangan terbang dan kamp tawanan jalan Darmo.

Tapi, truce itu tidak berjalan mulus, karena para pemuda pejuang menerimanya dengan pemahaman yang berbeda. Kesalahpahaman ini menyebabkan insiden di Jembatan Merah yang menewaskan Brigadir Mallaby dan membawa akibat pada tindakan balasan Inggris.

Mallaby ditembak pada saat bersama anggota-anggota Contact Committee dari Indonesia akan menangani masalah di Gedung Internatio (Internationale Crediten Handel Vereeniging).

Dalam gedung itu bertahan satu kompi dari batalyon India, sementara di luar, ratusan pejuang Indonesia mengepung dan menyerukan komandan kompi tersebut, Mayor Venugopal, dan seluruh anak-buahnya keluar untuk menyerah.

Pemuda-pemuda nampaknya menafsirkan gencatan senjata bahwa pasukan Inggris, yang memang sudah tersudut, harus mengaku kalah dengan cara meletakkan senjata. Tapi tentara pemenang Perang Dunia ini tidak sudi menyerah, apalagi kepada rakyat biasa.

Di ujung jembatan yang tepat di muka Gedung Internatio, Mallaby keluar dari mobilnya dengan memegang bendera putih. Ia tidak diperbolehkan lewat untuk menemui pasukannya di dalam gedung itu.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement