Senin 23 Nov 2015 08:59 WIB

Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November (Bagian 3)

Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan Hari Pahlawan pada 10 November.
Foto: Antara
Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan Hari Pahlawan pada 10 November.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Para pemuda Surabaya mereaksi leaflet Hawthorn dengan meringkus serdadu-serdadu Inggris yang menduduki Nyamplungan dan Bubutan. Sejumlah prajurit Inggris dan India yang sedang pesiar di kota juga diculik dan dibunuh.

Sebaliknya, 28 Oktober, Inggris melakukan perampasan senjata dan mobil-mobil pemuda. Pada 28 Oktober sore harinya, pimpinan TKR memutuskan untuk melakukan serangan umum terhadap semua posisi Inggris di Surabaya. (Baca: Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November)

Stasiun radio di Simpang berulang-ulang mengumandangkan panggilan pada rakyat untuk mengangkat senjata dan menyerang secara serentak kedudukan pasukan Inggris. Sore dan malam hari itu juga pecah pertempuran sporadis di berbagai tempat di kota.

Akhirnya, pertempuran besar meletus pada pagi 29 Oktober. Serangan fajar TKR dibuka pukul 05.00 WIB. Tembakan pistol, senapan, senapan mesin berat dan ringan sampai mortir saling bersahutan. Asap membumbung di atas Kota Surabaya. Para tawanan perang dan kaum interniran kembali ciut hatinya.

Pasukan Inggris terjepit, bahkan seluruh prajurit Brigade 49 terancam musnah. Kesalahan mereka adalah menganggap enteng perlawanan rakyat dan TKR, lalu menghadapinya dengan satuan-satuan kecil yang terpecah-pecah di berbagai tempat. Perbekalan peluru juga hanya untuk pertempuran garis pertama.

Namun, begitu terdesak, mereka pun sulit mendatangkan bala bantuan, karena pasukan besar Inggris lainnya paling dekat berjarak 200 mil, yakni brigade yang berada di Semarang. Amunisi dan logistik tambahan yang didrop dari udara malah jatuh ke pihak RI.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement