Senin 23 Nov 2015 08:23 WIB

Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November (Bagian 1)

Siswa memerankan drama kolosal Pertempuran 10 November.
Foto:

Resolusi Jihad

Fakta 'provokasi' berikutnya adalah Resolusi Jihad (22 Oktober 1945), namun fakta Resolusi Jihad itu tidak seperti fakta perobekan bendera Merah Putih Biru (19 September 1945), karena kebenarannya sempat diragukan.

Hal itu mendorong Mensos untuk membagikan buku Resolusi Jihad karya Pustaka Tebuireng, Jombang kepada peserta diskusi kepahlawanan LKBN Antara yang juga dimeriahkan dengan pameran foto bertajuk 70 Tahun Histori Masa Depan di Galeri House of Sampoerna pada 6-29 November 2015.

"Sejarah itu memang harus ada yang mewariskan dan Resolusi Jihad memang sempat dianggap fiktif, lalu Gus Sholah (Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jatim) mengirimkan surat ke Leiden dan hasilnya dibukukan ini," katanya.

Dalam buku Resolusi Jihad (Perjuangan Ulama: dari Menegakkan Agama hingga Negara) setebal 236 halaman itu, pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Dr (HC) Ur KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), menceritakan latar belakang lahirnya buku serius itu.

"Pada akhir 2011, sejarahwan Prof Aminuddin Kasdi dalam seminar di Tebuireng menyebut Resolusi Jihad itu tidak ada atau tidak pernah ada, hanya sebuah legenda. Saya cukup kaget mendengar itu, tapi beliau tidak salah, karena faktanya memang tidak ada dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia di SMP/SMA," katanya.

Dalam pengantar buku itu, Gus Sholah menyampaikan pengalaman 'kaget' itu mendorongnya untuk membentuk tim dengan tugas khusus guna menjawab pertanyaan, apakah Resolusi Jihad itu legenda atau bukan.

"Tim itu mencari informasi ke Perpustakaan Nasional dan Arsip Nasional di Jakarta, bahkan juga kontak kepada mahasiswa S2 di Universitas Leiden. Dalam waktu tidak sampai seminggu, tim menemukan fatwa Resolusi Jihad itu ada pada koran yang terbit pada kisaran Oktober 1945," katanya.

Temuan itu membuktikan bahwa Resolusi Jihad itu memang betul-betul ada. "Timbul pertanyaan, bagaimana bisa sebuah kejadian penting yang mempengaruhi sejarah bangsa ini bisa terlupakan dan tidak ditulis dalam buku sejarah selama hampir 70 tahun. Saya berharap buku ini menjadi jawaban," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement