Senin 23 Nov 2015 08:23 WIB

Mengupas Tuntas Peristiwa 10 November (Bagian 1)

Siswa memerankan drama kolosal Pertempuran 10 November.
Foto:

Tiga fakta 'provokasi' dimaksud adalah: (1) Perobekan bendera merah-putih-biru (19 September 1945), (2) Resolusi Jihad (22 Oktober 1945) dan (3) Terbunuhnya Brigadir Mallaby (30 Oktober 1945).

Ketiga fakta itu diungkap narasumber diskusi kepahlawanan itu, yakni Ketua LVRI Surabaya Hartoyik, Mensos Khofifah, sejarahwan dari UI Dr Roesdhy Hoesein, dan sejumlah peserta, bahkan Roesdhy Hoesein memutar film dokumenter 10 November 1945 produksi Berita Film Indonesia (BFI).

"Saya adalah anak kuno yang lahir di Jombang pada 15 Maret 1929, lalu saya pensiun dari TNI pada tahun 1980, tapi anak buah saya, baik pejuang maupun pembela, masih ada 2.119 orang yang masih hidup di Surabaya," ucap Hartoyik.

Salah seorang saksi sejarah yang berjuang sejak November 1945 hingga 27 Desember 1949 (empat tahun dan empat bulan) itu mengaku tahu Proklamasi Kemerdekaan setelah dua hari dipublikasikan.

"Setelah kemerdekaan itu akhirnya terbentuk barisan-barisan mulai dari BKR/TKR hingga terbentuk ABRI/TNI dengan dipersenjatai seadanya," kata Hartoyik yang kala itu menjadi anggota Laskar Hizbullah yang dipimpin KH Wahid Hasyim itu.

Menurut dia, masyarakat sipil Indonesia sebenarnya terampil dalam menggunakan berbagai persenjataan perang karena dilatih Jepang untuk membantu negara itu dalam Perang Dunia II, namun akhirnya berguna menghadapi para penjajah.

Salah satu manfaat adalah saat tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) datang kembali dengan membonceng pasukan Sekutu. Mereka mengibarkan Bendera Merah-Putih-Biru di Hotel Orange (Hotel Majapahit) pada 18 September 1945 pukul 21.00 WIB.

Menyaksikan hal itu, Arek-Arek Suroboyo pun langsung melawan dengan melakukan perobekan Bendera Merah-Putih-Biru pada 19 September 1945 menjadi dwi-warna (Merah-Putih), karena pengibaran bendera tri-warna adalah penghinaan.

"Saya tidak tahu langsung perobekan itu, karena saya datang sudah terjadi perobekan itu. Yang jelas, pelaku perobekan itu adalah Arek-Arek Suroboyo, karena saya datang sudah banyak arek-arek dari beberapa kampung di lokasi," tutur Hartoyik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement