REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indonesia Justice Watch (IJW) Akbar Hidayatullah memiliki dua pendekatan yang bisa dilakukan Presiden Jokowi saat melakukan reshuffle posisi Jaksa Agung HM Prasetyo. Menurut dia, dua pendekatan itu adalah internal dan politik.
Dalam pendekatan internal, IJW berharap yang ditunjuk Jokowi mengganti Prasetyo nantinya adalah jaksa aktif dari internal yang usia produktif, berprestasi, berintegritas, dan memang layak Menurut dia, kalau dari internal bisa menjadi Jaksa Agung, maka itu akan menjadi pelecut semangat para jaksa untuk berkinerja baik. "Karena reward-nya menjadi Jaksa Agung," kata Akbar kepada wartawan di Jakarta, Selasa (17/11).
Menurut dia, Jaksa Agung dari internal, lanjut Akbar, bisa memberikan rangsangan untuk kejaksaan menjadi lebih baik. Bahkan, lebih baik lagi dari Komisi Pemberantasan Korupsi. "Kalau berprestasi diberi reward, kalau bermasalah disanksi," katanya.
Berbicara nama figur internal, Akbar menyebut ada nama Chuck Suryosumpeno, Kajati Maluku yang juga Presiden Asset Recovery Interagency Network for Asia and Pacific (ARIN-AP). “Saya rasa kinerja Chuck sudah terbukti selama ini, salah satunya di bidang pemulihan aset hasil tindak pidana korupsi dan lainnya. Dia ini berani.”
Sebagai catatan IJW, dibandingkan Jokowi, Susilo Bambang Yudhoyono selalu tepat memilih Jaksa Agung yang mampu memberikan perubahan signifikan.
“Kami punya catatan pencapaian fenomenal masa Basrief Arief, dia buat struktur organisasi baru untuk mengoptimalkan capaian PNBP Kejaksaan. Dan terbukti berhasil Rp 3,1 triliun lebih PNBP disetor ke kas negara,” ujarnya.
Sementara itu, untuk figur kedua yang masuk akal menurut IJW adalah manta Ketua Komisi Kejaksaan Halius Husein. “Beliau kan pernah jadi Kader PDIP. Ya menurut IJW bisa juga dia di-screening maupun fit and proper test oleh Presiden Jokowi.”