REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai, potensi banjir dan longsor kian meningkat memasuki musim hujan akhir tahun ini. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, puncak kejadian banjir dan longsor terjadi bersamaan dengan puncak musim hujan pada Januari 2016. Kerugian ekonomi yang ditimbulkannya juga besar sehingga antisipasi bencana tidak bisa sebatas tanggap darurat.
Sutopo memperinci, pada tahun 2014 lalu banjir di Jakarta membuat rugi hingga Rp 5 triliun. Banjir dan longsor di 16 kabupaten/kota di Jawa Tengah menelan kerugian materil senilai Rp 2,01 triliun. Adapun banjir bandang di Sulawesi Utara membuat warga rugi hingga Rp 1,4 triliun.
Oleh karena itu, lanjut Sutopo, pada Jumat (13/11) lalu Menteri Koordinator Puan Maharani telah menggelar rapat koordinasi terkait strategi menghadapi banjir dan longsor.
Dalam rapat yang hanya dihadiri pihak BNPB dan BMKG itu disepakati dana yang akan digunakan dalam mengantisipasi banjir dan longsor. Selain itu, pemda juga diharapkan mengalokasi anggaran dari APBD demi penanganan bencana di daerahnya.
"Untuk mendukung penanganan darurat, BNPB menyiapkan Rp 150 miliar dari dana siap pakai. Dana ini diambilkan dari pos dana siap pakai Rp 2,5 triliun, yang alokasinya untuk penanganan darurat bencana selama tahun 2015 untuk semua jenis bencana," kata Sutopo Purwo Nugroho kepada Republika, Sabtu (14/11).
Menurut Sutopo, sebagian Sumatera dan Kalimantan telah memasuki musim hujan. Sebagian daerah lainnya, seperti Jawa, diperkirakan masuk musim hujan pada akhir November hingga awal Desember tahun ini. Adanya El Nino juga berpengaruh pada mundurnya awal musim hujan. Seluruh rakyat Indonesia pun diimbau waspada.