REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Strategi pertahanan nasional tidak hanya bisa mengandalkan alat utama sistem pertahanan (alutsista), tapi juga memerlukan strategi perang modern.
"Ya karena perang kedepan adalah brainwash atau cuci otak yang murah meriah. Kalau sekarang bom sudah tidak pengaruh. Kalau cuci otak berpengaruh ke semuanya, " ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kementerian Pertahanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (13/11).
Ryamizard menjelaskan, brainwash merupakan strategi perang modern dengan infiltrasi intelijen. Informasi para intelijen tersebut memunculkan politik adu domba yang menyebabkan konflik dan gerakan separatisme sampai pemisahan dengan negara.
Oleh karena itu, saat ini pemikiran anak bangsa harus didoktrin agar mencintai dan rela berkorban untuk negara melalui program bela negara.
"Kader bangsa perlu kembangkan kualitas intelektual wawasan kebangsaan. Kita harus memiliki pondasi bela negara yang kuat," ucapnya.