REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik berbau agama belakangan menjadi sering terjadi. Sosialisasi SKB Dua Menteri, komunikasi antar agama dan pemahaman Bhineka Tunggal Ika dianggap dapat mencegah konflik untuk terjadi lagi.
Sosiolog dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dr Bambang Pranowo mengatakan konflik-konflik berbau agama yang masih terjadi di Indonesia memang tidak boleh hanya diselesaikan sesaat, tapi juga harus dicegah untuk kembali terjadi.
Untuk mencegah konflik itu terjadi, ia mengungkapkan setidaknya ada tiga langkah yang perlu dilakukan, agar pencegahan itu dapat berhasil.
"Sosialisasi, komunikasi dan pemahaman Bhineka Tunggal Ika harus terus ditingkatkan," ungkap Bambang Pranowo kepada Republika, Rabu (11/11).
Bambang menjelaskan sosialisasi yang dimaksud merupakan sosialisasi dari persyaratan pembangunan rumah ibadah, yang belakangan sering menjadi masalah terkait pelarangan pembangunannya.
Surat Keputusan Bersama (SKB) Dua Menteri yang menjadi salah satu syarat terpenting pembangunan rumah ibadah, harus ditingkatkan lagi sosialisasinya di tengah masyarakat.
Kemudian, lanjut Bambang, peningkatan juga harus dilakukan dalam aspek komunikasi, khususnya antar agama yang bisa dicontohkan para pemuka agama dan ditularkan ke masyarakat, baik kuantitas ataupun kualitasnya.
Untuk komunikasi sendiri, Bambang sudah merasa komunikasi antar agama sudah cukup baik terjalin di level atas, lewat Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB).
Terakhir, Bambang menerangkan peningkatan harus dilakukan dalam aspek pemahaman, yaitu pemahaman setiap insan Indonesia tentang Bhineka Tunggal Ika.
Slogan yang menjadi moto bangsa tersebut, diakui Bambang, bisa menjadi penangkal egoisme kelompok untuk tidak lebih ditonjolkan, yang tentu saja bisa menghindari konflik-konflik agama untuk kembali terjadi.