Ahad 08 Nov 2015 20:28 WIB
Salim Kancil

Diteror, Jurnalis TV One Lumajang Dikawal Polisi

Rep: Andi Nurroni/ Red: Ilham
Penelusuran lokasi terbunuhnya Salim Kancil
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penelusuran lokasi terbunuhnya Salim Kancil

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Wawan Sugiarto alias Iwan, jurnalis TV One di Lumajang kini beraktivitas dalam pengawalan polisi. Pengamanan terhadap Iwan dan dua jurnalis lainnya, Abdul Rachman (Kompas TV) dan Achmad Arief (JTV), dilakukan polisi setelah ketiganya mendapatkan ancaman pembunuhan, Kamis (5/11) lalu.

 

Setelah melakukan pengaduan ke Polda Jawa Timur dan menjalani pemeriksaan di Surabaya, Iwan sudah kembali dan beraktivitas di Lumajang sejak Ahad (8/11). Iwan pun sudah kembali melakukan peliputan yang merupakan pekerjaannya sehari-hari.

Hanya saja, untuk sementara, Iwan tinggal di rumah orangtuanya di Kecamatan Pasirian. Menurut Iwan, ia mengalah terhadap ibunya yang khawatir dan meminta ia tinggal di rumah orangtuanya.

"Ibu saya tahu dari TV, terus dari polisi juga. Padahal saya sengaja enggak bilang agar beliau tidak khawatir," ujar Iwan kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Ahad (8/11).  

Iwan menyampaikan, kini di rumahnya polisi berjaga bergantian. Bahkan, ia pun merasa polisi mengawasinya ketika berpergian untuk menjalankan pekerjaannya.

Meski rasa khawatir belum sepenuhnya hilang, menurut Iwan, ia tidak takut untuk terus mengawal kasus kisruh tambang pasir di Lumajang yang mencuat dipicu kasus pembunuhan Salim Kancil, warga penolak tambang. "Kami akan terus mengawal kasus ini. Hanya saja, kami harus lebih hati-hati," ujar Iwan.

Hingga kini, Polda Jawa Timur belum secara resmi memberikan keterangan hasil pemeriksaan ketiga jurnalis yang menjadi korban teror serta terduga peneror yang juga telah ditangkap.

Iwan dan dua jurnalis lainnya menerima ancaman pembunuhan kerena aktivitas peliputan mereka soal tambang pasir di Lumajang. Ancaman melalui pesan singkat itu dikirimkan seorang pelaku bisnis tambang pasir yang diduga merasa terganggu usahanya karena ekspos yang dilakukan media massa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement