Sabtu 31 Oct 2015 06:49 WIB
Kabut Asap

'Rizki Sayang Katy'

Rep: Sapto Andika/ Red: Indah Wulandari
Seorang pengasuh bercanda dengan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) asuhannya di Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS), Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalteng, Jumat (30/10).
Foto: ANTARA FOTO/Saptono
Seorang pengasuh bercanda dengan Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) asuhannya di Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS), Nyaru Menteng, Palangka Raya, Kalteng, Jumat (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID,PALANGKARAYA -- Ini bukan sinetron. Rizki menangis sejadi-jadinya di teras rumahnya, ketika petugas berseragam coklat muda menggendong Katy pergi menuju mobil bak terbuka yang terparkir di tepi jalan. Memaksa mereka berpisah.

Rizki, bocah yang masih kelas 1 SD itu, hanya bisa bersembunyi di balik pinggang ibunya, Yaya Sofia (32 tahun). Bocah kecil itu merengek meminta Katy kembali. Sesaat sebelum berpisah, Rizki sempat mengusap sebentar kepala Katy.

Katy tetap harus dibawa kembali ke tempat rehabilitasi. Petugas berjanji kepada Rizki, dia boleh kapan saja datang untuk untuk menjenguk Katy. Rizki masih punya kesempatan untuk memeluk Katy sekali lagi. Alih-alih berhenti menangis, bocah 7 tahun itu semakin menjadi-jadi rengekannya.

Selepas Katy pergi, Rizki tak lantas berhenti terisak. Dia baru mau diam ketika ada penjual es lilin yang lewat. Segenggam es rasa anggur di tangan kanan cukup memuat bocah itu sejenak melupakan kepergian Katy.

Dia sempat berlari ke dalam rumah untuk memberi tahu Republika.co.id, dimana Katy biasa tidur. Sebuah keranjang baju dari plastik disulap jadi tempat tidur si bayi orangutan. Bahkan ketika ditanya apakah dia sayang kepada Katy, anggukan lemah muncul.

"Iya sayang," katanya lirih.

Seperti kata ibunya, Rizki memang sudah sangat dekat dengan Katy. Tak lazim memang, Rizki bahkan rela tidur di samping Katy, orangutan betina berusia delapan bulan yang ditemukan di pinggir jalan trans Kalimantan.

Ya, Katy si bayi orangutan sudah dua pekan tinggal di rumah Rizki. Dianggapnya Katy sebagai adik sendiri. Diajaknya Katy bermain. Sampai akhirnya, petugas dari Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah dan Borneo Orangutan Survival terpaksa mengambil Katy dari rumahnya.

Katy ditemukan Yaya dua pekan lalu, di tepi jalan ketika dirinya menempuh perjalanan dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan menuju rumahnya di Jalan Mahir Mahar km 16, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Saat itu, asap pekat mengepung Kalimantan Tengah. Lokasi penemuan Katy tak jauh dari lahan yang sebelumnya terbakar habis. Beberapa kilometer dari situ, sudah masuk kawasan hutan yang dilindungi, tempat Katy berasal.

Malam itu, mobil travel yang Yaya tumpangi berhenti di tepi jalan di Jabiren, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Pengemudi menghentikan mobilnya untuk kencing di lahan kosong di tepi jalan. Saat itulah, Yaya yang duduk di samping jendela, mendengar suara rengekan lemah, seperti bayi.

Dia memaksa turun untuk mencari asal suara. Betapa kagetnya dia, sesosok orangutan kecil muncul dari balik ilalang setinggi lutut orang dewasa.

Bayi orangutan mungil itu langsung dipeluknya. Pengalaman menjadi seorang ibu barangkali yang menuntutnya berlaku seperti itu. Tak perlu pikir panjang, dia putuskan merawat bayi orangutan malang tersebut.

Di perjalanan, bayi orangutan itu dinamai Katy. Alasannya, nama itu terdengar lucu dan mudah diingat. Tak butuh waktu lama untuk menjadikan Katy sahabat baru bagi Rizki. Rizki yang terpaksa berpisah dengan kakak dan ayahnya di Jawa, langsung lengket dengan sosok Katy. Sejak itu, mereka tak terpisahkan.

Kepala Seksi Konservasi Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Yusuf Trismanto yang bertugas mengirim Katy ke pusat rehabilitasi mengakui, kemungkinan induk Katy menjadi korban asap.

Beruntung, Katy masih bisa diselamatkan. Katy akan direhabilitasi di pusat rehabilitasi orangutan di Nyaru Menteng, Palangkaraya, untuk selanjutnya akan dilepasliarkan.

Katy tak sendiri. Ada 17 satwa lainnya yang telah diselamatkan BKSDA Kalimantan Tengah selama kebakaran lahan dan hutan terjadi. Kepala BKSDA Kalimantan Tengah Nandang Pribadi menuturkan, hewan itu di antaranya 11 orangutan, tiga kukang, satu owa Kalimantan, satu trenggiling, dan satu beruang madu.

Hewan-hewan ini adalah hewan liar yang menyingkir dari habitat aslinya karena terbakar. Sebanyak tiga orangutan yang sudah dinyatakan dalam kondisi sehat kini dipindahkan di Taman Nasional Sebangau.

Bencana kabut asap memang kejam. BKSDA Kalimantan Tengah mencatat, ada sejumlah area konservasi yang ikut terbakar. Area di Tanjung Keluang terbakar seluas 23 hektare, area Lamandau sebanyak 410 hektare, dan area Tangkiling sebanyak 25,5 hektare. Bisa jadi, rumah Katy ada di antara area yang terbakar tersebut.

Korban asap tak hanya manusia saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement