REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatra dan Kalimantan selalu berulang dari tahun ke tahun. Namun, pemerintahan baru dianggap tidak belajar cara menanganinya.
“Saya kira pemerintah tak pernah belajar dari pengalaman sebelumnya. Peristiwa ini kan bukan sekarang saja, sudah terjadi beberapa tahun lalu. Harusnya ada langkah lebih bagus dibanding pemerintahan sebelumnya,” ujar Direktur Kebijakan Publik Nusantara Muflihun dalam rilisnya kepada Republika.co.id, Rabu (28/10).
Menurut dia, meski Indonesia sudah melakukan sejumlah langkah bahkan memperoleh bantuan dari negara-negara tetangga, pemerintah masih terkesan gagap dalam menanganinya.
“Solusi yang diambil pemerintah bersifat parsial alias setengah-setengah. Malah terlihat kurang tegas,” ujarnya.
Padahal, warga yang terkena asap menderita berbulan-bulan karena udara yang mereka hirup adalah udara yang sangat berbahaya. Belum lagi, kehidupan ekonomi, pendidikan dan sosial dari warga terganggu.
“Saya sayangkan di tengah kepanikan warga yang terkena asap, Kepala Negara malah mau melakukan lawatan ke Amerika Serikat. Apakah lawatan itu tak bisa ditunda? Kepergian ke negara adidaya itu menunjukkan pemimpinnya seperti kurang peduli dengan bencana asap itu,” papar dia.
Dijelaskan juga olehnya bahwa pihaknya juga menyayangkan sikap dari pemerintah daerah setempat yang tidak melakukan sinergi dengan daerah-daerah sekelilingnya dalam mengatasi masalah asap yang hingga kini belum berhasil diatasi tersebut.
“Masalah ini tak bisa diatasi sendiri, seluruh komponen bangsa harus ikut bergerak,” paparnya.