Jumat 23 Oct 2015 21:42 WIB

Pengamat: APBN itu Alat Sandera Menyandera

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Bayu Hermawan
Pembahasan RAPBN 2016. (dari kedua kiri) Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dan Menteri Perencanaan Pembagunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengikuti Sidang Paripurna di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (
Foto: Republika/ Wihdan
Pembahasan RAPBN 2016. (dari kedua kiri) Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, dan Menteri Perencanaan Pembagunan Nasional/Kepala Bappenas Andrinof Chaniago mengikuti Sidang Paripurna di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Kebijakan Publik Riant Nugroho UI mengatakan sudah sejak lama pengesahan APBN selalu tarik ulur. APBN sangat mudah menjadi alat sandera menyandera politik antara pemerintah dan legislatif.

"APBN di Indonesia tidak memiliki parameter yang valid berbeda dengan anggaran negara yang dibuat di negara lain," ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (23/10).

Selain itu masalah anggaran ini juga tidak memiliki perencanaan yang berkualitas. Selain itu kebijakan anggaran dan program pembangunan belum memiliki mekanisme yang jelas.

Riant menyarankan seharusnya seharusnya Dirjen anggaran itu bekerja di kantor presiden, bukan di Kementrian Keuangan. Sehingga perencanaan keuangan dapat langsung terselesaikan.

Sementara itu Ketua DPR RI Setya Novanto mengatakan pengesahan RAPBN 2016 terpaksa dimundurkan dengan alasan penyempurnaan. Pihaknya mengaku telah melaporkan masalah ini kepada Presiden Joko Widodo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement